Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Freeport Optimis Indonesia Jadi Big Five Produsen Katoda Tembaga 2025

Freeport Optimis Indonesia Jadi Big Five Produsen Katoda Tembaga 2025 Kredit Foto: PTFI
Warta Ekonomi, Jakarta -

Vice President Government Relation and Smelter Technical Support, PT Freeport Indonesia (PTFI) Harry Pancasakti optimis di tahun 2025 Indonesia bisa menjadi Big Five atau lima besar produsen katoda tembaga terbesar dunia. Hal itu disampaikan pada agenda detikcom Leaders Forum ’Menuju Indonesia Hijau: Inovasi Energi dan Sumber Daya Manusia, Selasa (17/09/2024). 

Hal ini didukung oleh kapasitas produksi dari PT Smelting Gresik dan Smelter Manyar yang akan mencapai produksi penuh di tahun 2025. Dua pabrik pemurnian kosentrat tembaga milik PTFI ini berada di Gresik Jawa Timur dan ditaksir mampu memproduksi 1 juta ton katoda di Indonesia. Tambahan lain juga datang dari Smelter PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) sekitar 500 ribu ton per tahun. 

”Secara dimensi mungkin (produksi) Indonesia akan menjadi 1,5 juta ton katoda tembaga per tahun, yang dapat diproduksi atau dihasilkan di Indonesia. Ini bisa menempatkan Indonesia dalam Big Five produsen katoda di dunia,” kata Harry.

Tahun 2023 kata Harry produsen katoda tembaga terbesar dunia diduduki oleh Tiongkok dengan produksi mencapai 12 juta ton, lalu Chile 2 juta ton, Congo 1,9 juta ton, Jepang 1,5 juta ton, dan Rusia 1 juta ton.

Baca Juga: Freeport dan YBLL Kolaborasi Kembangkan Ekonomi Berkelanjutan Berbasis Bambu di Papua Tengah

Tantangan Dibalik Besarnya Produksi Katoda Tembaga

Harry menjabarkan, dibutuhkan investasi yang tidak sedikit untuk membangun pabrik pemurnian. Untuk Smelter Manyar saja hampir mencapai Rp 60 Triliun. Meski begitu sesungguhnya nilai tambah dari produksi katoda tembaga hanya mencapai 3,5-5 persen.

”Karena nilai tambah dari konsentrat menjadi katoda tembaga yang tadi hanya 3,5 sampai 5 persen, sementara nilai tambah sesungguhnya adalah apa yang akan kita buat atau kita hasilkan dari produk katoda tembaga ini menjadi suatu produk yang nilai tambahnya jauh lebih besar, Itu tantangan selanjutnya,” lanjut Harry.

Selain itu serapan dalam negeri juga tidak sebanding dengan tingginya produksi yang dihasilkan. Contoh konkret kata Harry PT Smelting Gresik telah beroperasi sejak tahun 1998 dan hanya 50% produksi yang terserap di dalam negeri dan sisanya terpaksa diekspor.

Sejauh ini komitmen perusahaan yang berminat untuk menerima hasil produksi katoda tembaga datang dari salah satu industri Copper Foil di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Gresik dengan kebutuhan sekitar 100 ribu ton pertahun. 

”Kalau memang tidak ada konsumen dalam negeri offtakers dalam negeri, otomatis terpaksa harus kita ekspor dan ekspornya gak jauh-jauh. Asia Tenggara, tembaga dari Vietnam, Thailand, dan juga Malaysia. Jadi justru negara tetangga nanti akan menikmati nilai tambah yang lebih besar dari produksi katoda. Jadi itu merupakan suatu challenge atau tantangan yang lebih besar dari hasil hilirisasi yang sudah kita upayakan sejauh ini,” tutup Harry.

Baca Juga: Jika Freeport Tak Perpanjang, Indonesia Justru Bingung Bayar Karyawan dan Pemeliharaan

Apa Itu Katoda Tembaga

Katoda tembaga adalah tembaga murni yang dihasilkan dari proses pemurnian tembaga melalui elektrolisis. Dalam proses ini, ion-ion tembaga dari bahan baku tembaga yang belum murni (anoda) larut dalam larutan elektrolit dan kemudian bergerak menuju elektroda negatif, yang disebut katoda. Di katoda, ion-ion tembaga ini menerima elektron dan mengendap sebagai logam tembaga murni.

Katoda tembaga biasanya memiliki kemurnian yang sangat tinggi, mencapai sekitar 99,99% tembaga murni. Tembaga ini sering digunakan dalam berbagai industri, termasuk manufaktur kabel listrik, komponen elektronik, dan peralatan lainnya yang memerlukan tembaga berkualitas tinggi karena sifat konduktivitas listriknya yang sangat baik.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Amry Nur Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: