Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Produksi Sawit Indonesia Diprediksi Masih Stabil, Gimana Nasib India dan Malaysia?

Produksi Sawit Indonesia Diprediksi Masih Stabil, Gimana Nasib India dan Malaysia? Kredit Foto: Antara/Basri Marzuki
Warta Ekonomi, Jakarta -

Direktur Godrej International, Dorab Mistry, memaparkan proyeksi terbaru terkait produksi minyak sawit dan perkiraan harga untuk tahun 2024 hingga 2025 nanti.

Kendati produksi minyak sawit Indonesia sempat diperkirakan akan turun dibandingkan tahun 2023, namun Dorab menilai jika kondisi cuaca yang lebih baik pada tahun 2024 ini mengindikasikan bahwa produksi masih tetap akan stabil. Di sisi lain, dia memproyeksikan jika produksi minyak sawit Malaysia lebih baik dari ekspektasi awal dengan perkiraan mencapai 19,7 juta metric ton.

Baca Juga: Pj Gubernur Riau Dukung Kerja Sama dengan Mahasiswa Jepang Soal Hilirisasi Sawit

Peningkatan produksi minyak sawit di Indonesia menurut dia didorong oleh kondisi pertumbuhan yang lebih baik pada tahun 2024 dibandingkan tahun sebelumnya. Meskipun sebelumnya sempat diperkirakan mengalami penurunan, namun kini produksi diprediksi tidak jauh berbeda dengan tahun 2023 lalu. Di Malaysia sendiri produksi minyak sawit diperkirakan lebih tinggi dari yang diantisipasi yakni mencapai 19,7 juta metric ton.

Terkait dengan rencana Indonesia untuk meningkatkan campuran biodiesel dari B30 ke B40, Dorab mencatat bahwa transisi tersebut bisa memakan waktu seperti saat perpindahan dari B30 ke B35 yang memakan waktu sekitar tujuh bulan. Dirinya juga menambahkan bahwa pada bulan-bulan hingga November 2024 merupakan periode produksi tinggi yang akan meningkatkan persediaan minyak sawit secara global.

Dalam keterangan yang diterima Warta Ekonomi, Selasa (24/9/2024), Dorab juga sempat menyinggung kebijakan baru India yang menaikkan bea impor minyak goreng. Dia menilai jika kebijakan tersebut bakal berdampak bearish pada harga minyak sawit dunia dalam jangka pendek, serta sedikit menahan konsumsi minyak goreng di India yang sedang booming.

“Industri oleokimia India yang mencakup produksi asam lemak, sabun dan gliserin bakal terkena dampak negatif kecuali pemerintah segera menaikkan bea impor untuk produk terkait,” jelas Dorab.

Baca Juga: SKK Migas Genjot Produksi Minyak, Mulai Garap Sumur Pengembangan B-12 di Banyu Urip

Selain itu, apabila harga yang dibayarkan oleh perusahaan minyak tidak dinaikkan maka produksi biodiesel di India juga terancam akan berhenti. Hal ini diperkirakan turut berdampak pada impor minyak sawit ke India dalam jangka pendek. Akan tetapi, setelah musim produksi minyak sawit tinggi berakhir pada Desember, harga dunia diprediksi bakal pulih pada kuartal pertama 2025.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: