Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Indonesia Bisa Jadi Raja Biomassa Dunia, Asalkan...

Indonesia Bisa Jadi Raja Biomassa Dunia, Asalkan... Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Koordinator Investasi Dan Kerjasama Bioenergi Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Manusia (ESDM) Trois Dilisusendi mengungkapkan bahwa Indonesia bisa menjadi raja biomassa dunia. 

Melansir dari laman Website Kementerian ESDM Indonsia memiliki potensi bioenergi dari biomassa sangat besar yaitu setara dengan 56,97 Giga Watt (GW). 

”Kalau Arab mungkin terkenal dengan King of Oil, saya rasa Indonesia mungkin terkenal dengan King of Biomass,” ujarnya dalam agenda Seminar Nasional Meti Green Talk di Jakarta, Senin (30/09/2024).

Dalam paparannya Trois menyampaikan potensi biomassa Indonesia secara rinci sebagai berikut, Hutan Energi, potensi pengembangan mencapai 544 juta ton, Limbah Pertanian/Perkebunan sepertai batok/tempurung kelapa 426 ribu ton. 

Lalu, limbah industri: Sawdust potenti 2,4 juta ton, wood chip 789 ribu ton, cangkang sawit 12,8 juta ton, sekam padi 10 juta, EFB atau tandan kosong kelapa sawit 47 juta ton. Terakhir sampah rumah tangga potensinya 68,5 juta ton.

Baca Juga: Pemkab Tasikmalaya Sebut Program Ekosistem Biomassa PLN Berpotensi Kembangkan Sumber Daya Lokal

Meski begitu hingga detik ini pemanfaatan bioenergi baru mencapai 3,4 GW dan 95% berasal dari biomassa. 

”Mayoritas 3,2 gigawatt, itu adalah off-grid. Kenapa off-grid? Karena kita mengingat bahwa industri agro, industri limbah sawit, industri sawit, industri pulp and paper industri gula, pasti mereka menggunakan PLT bioenergi. Saat kita lihat sisi yang on-grid-nya, memang betul, sangat kecil. Jadi hanya sekitar 145,45 megawatt,” lanjut Trois.

Pemerintah melalui Peraturan Presiden (Perpres) 112 dan 11 tahun 2023 dan Peraturan Menteri No 12 Tahun 2023 terus mendorong agar pemanfaatan biomassa dapat ditingkatkan sehingga menyumbang kontribusi ke target bauran EBT sebesar 23% di tahun 2025. 

Alhamdulillah, hingga per triwulan III di 2024 dari paparannya Pak Wiluyo, total yang masuk 2 pembangkit bioenergi PLT biomassa,” ungkap Trois.

Pertama Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm) Deli Serdang berkapasitas 1x9,9 megawatt. Kedua PLTBm Sadai 1x10 megawatt.

Untuk sebaran potensi biomassa diketahui berada di wilayah Indonesia timur, tapi untuk pemanfaatannya masih sangat terbatas di Sumatera dan Kalimantan. Pemerintah sangat menyadari bahwa pemanfaatan biomassa sejauh ini sangat sulit dikarenakan suplai yang belum stabil dan harga yang lebih mahal atau 1,2 kali harga batubara.

Baca Juga: Pengembangan Biomassa PLN di Tasikmalaya: Dikelola Masyarakat, Didukung Pemerintah

”Memang betul, saat ini sedang dibutuh dukungan dari teman-teman di Kementerian Keuangan untuk merevisi PMK nomor 174, sehingga harapannya B3M (Bahan Bakar Biomassa) ini adalah sebagai bagian dari bahan bakar yang memang bisa mendapatkan kompensasi atau bersubsidi dari pemerintah,” sambung Trois.

Kemudian terkait ketidakcocokan antara potensi dan demand, dirinya mendorong agar tiap Kementerian dan Lembaga dapat saling berkolaborasi sehingga dapat tercipta ekosistem yang kuat. Termasuk dengan mendorong pembuatan Standar Nasional Indonesia (SNI) khusus biomassa.

”Bagaimanapun dibutuhkan sinergi, ekosistem pentahelik antara kami di Kementerian, teman-teman dari pelaku usaha, akademisi, masyarakat dan juga media. Bagaimana tentunya hal ini tidak terlepas dari dukungan kepada pemerintah untuk tadi mencapai bauran energi 23% di tahun 2025 dan juga kita sangat paham bahwa Indonesia ingin mencapai net zero emissions di tahun 2060 atau lebih cepat,” tutup Trois.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Amry Nur Hidayat

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: