Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Melebihi Desember 2023, BPS Sebut BBM Alami Deflasi Parah September 2024

Melebihi Desember 2023, BPS Sebut BBM Alami Deflasi Parah September 2024 Kredit Foto: Antara/Galih Pradipta
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pelaksana tugas Kepala Badan Pusat Statistik (Plt BPS), Amalia Adininggar Widyasanti dalam keterangannya menyebut bahwa bahan bakar minyak (BBM) menjadi salah satu kelompok penyumbang deflasi September 2024 yang kemudian menyambung tren penurunan selama lima bulan berturut-turut.

Dia menjelaskan bahwa harga BBM jenis Pertamax Turbo, Pertamina Dex, Pertamina Green 95, dan Dexlite sempat mengalami kenaikan pada awal Agustus 2024 lalu. Kemudian ada juga momen penyesuaian harga Pertamax yang berlaku pada 10 Agustus 2024 lalu.

Di sisi lain, pada awal September, sejumlah jenis BBM pun mengalami penurunan harga di antaranya adalah Pertamax, Pertamax Turbo, Pertamina Dex, Pertamina Green 95, dan Dexlite. Lalu, harga Pertamax Turbo juga mengalami penyesuaian di beberapa wilayah pada 2 September 2024. Penyesuaian harga ini berdampak pada capaian deflasi September.

“Setelah sebelumnya inflasi, komoditas bensin dan solar mengalami deflasi pada September 2024, dengan tingkat deflasi masing-masing sebesar 0,72 persen dan 0,74 persen,” ujar Amalia dalam konferensi pers Rilis BPS di Jakarta, Selasa, (1/10/2024).

Berdasarkan data BPS, sambungnya, penurunan harga bensin tersebut menyumbang deflasi dengan andil sebesar 0,04%. Dirinya pun menekankan bahwa tingkat deflasi bensin pada September 2024 merupakan tingkat deflasi terdalam sejak Desember 2023 lalu.

Baca Juga: BBM RI Terkotor di Asia Tenggara, Picu Polusi Udara dan Kesehatan Masyarakat

Apabila ditinjau berdasarkan kelompok, Amalia mengungkapkan salah satu penyumbang utama deflasi di September 2024 adalah transportasi dengan andil 0,02%. Sementara tingkat deflasi kelompok ini secara umum yakni sebesar 0,16%.

Disusul dengan sektor makanan, minuman dan tembakau yang berkontribusi terhadap deflasi sebesar 0,17% dan andil 0,59% terhadap inflasi umum.

Berlanjut pada komoditas utama yang memiliki peran cukup besar dalam deflasi bulanan yakni komoditas cabai. Rinciannya cabai merah sebesar 0,09%, cabai rawit 0,08%, diikuti dengan telur ayam ras dan daging ayam ras masing-masing sebesar 0,02%, tomat, daun bawang, kentang, dan wortel masing-masing sebesar 0,01%.

Secara komponen, kata Amalia, komponen inti tersebut mengalami inflasi sebesar 0,16% dengan andil 0,10%. Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi komponen inti yakni kopi bubuk dan biaya akademi atau perguruan tinggi.

“Komponen harga diatur pemerintah mengalami deflasi sebesar 0,04 persen dengan andil 0,01 persen terhadap inflasi umum, dengan komoditas penyumbang utama yaitu bensin. Sedangkan komponen harga bergejolak mengalami deflasi sebesar 1,34 persen, dengan andil terhadap inflasi umum sebesar 0,21 persen,” jelas Amalia.

 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Amry Nur Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: