Produk yang mengandung minyak nabati, ucapnya, termasuk minyak sawit masih diizinkan selama diberi label dengan benar dan tidak digunakan dalam produk yang secara tradisional berbasis susu seperti keju dan mentega.
Kendati ada pembatasan lemak trans, namun impor minyak sawit ke Ukraina tetap berjalan. meskipun demikian, Kapshuk mengakui bahwa tantangan logistic akibat perang saat ini telah membatasi volume impor minyak sawit.
Baca Juga: Menperin Optimis Hilirisasi Sawit Capai Rp775 Triliun
“Produksi pangan di Ukraina menurun, dan impor minyak sawit saat ini sekitar 100.000 ton per tahun,” ungkapnya.
Sebagai informasi, sebagian besar minyak sawit diimpor melalui pelabuhan di Kazakhstan, Turki, dan Rotterdam yang menyebabkan peningkatan biaya logistik.
Ke depannya, Kapshuk mengaku tidak melihat adanya peningkatan signifikan dalam impor minyak sawit hingga kondisi di Ukraina lebih stabil. Kapshuk juga menegaskan bahwa larangan minyak sawit di Ukraina tidak realistis.
“Minyak sawit membantu mengurangi lemak trans, dan itu sangat menjadikannya bahan berharga dalam industri pangan,” jelasnya.
Baca Juga: Koalisi Masyarakat Sipil: EUDR Ditunda, Perbaikan Tata Kelola Sawit Akan Melambat
Dengan kata lain, meskipun ada regulasi ketat terkait lemak trans, minyak sawit akan terus menjadi bagian penting dalam produksi makanan di Ukraina. Khususnya untuk produk roti dan gula-gula.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Aldi Ginastiar
Advertisement