Dolar AS Tertekan, Ketidakpastian Pemilu dan Kebijakan Fed Jadi Sorotan
Dolar Amerika Serikat (AS) mengalami penurunan tajam pada penutupan perdagangan Senin (4/11/2024). Tercatat, Indeks dolar turun 0,4% ke level 103,86. Dolar melemah 0,76% terhadap euro di angka US$1,09 dan turun 0,7% terhadap yen Jepang menjadi 152,01.
Analis Deutsche Bank menyatakan hal ini tidak terlepas dari ketidakpastian menjelang pemilihan presiden AS. Persaingan ketat antara Kamala Harris dari Partai Demokrat dan Donald Trump dari Partai Republik membuat investor cenderung berhati-hati, mengingat pemilu ini dapat mempengaruhi perekonomian global.
Baca Juga: Ekspektasi Buyar hingga Mogok Kerja Picu Menguatnya Dolar AS, Akankah Berlanjut?
“Besok akan menentukan arah perekonomian dunia dan geopolitik untuk empat tahun ke depan,” ujarnya dilansir Selasa (5/11).
Potensi Dampak Pemilu dan Kebijakan Moneter Global
Pasar memperkirakan bahwa kemenangan Trump, dengan kebijakan imigrasi, pemotongan pajak, dan tarifnya, dapat memicu inflasi serta menekan nilai dolar. Sementara itu, Harris dianggap lebih mungkin mempertahankan kebijakan saat ini.
Selain pemilu, perhatian pasar juga tertuju pada keputusan suku bunga Federal Reserve yang diperkirakan akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin.
Di luar AS, pasar saham Asia-Pasifik menguat setelah penurunan pekan lalu, dengan Indeks Komposit Shanghai naik 1,2% di tengah pertemuan Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional (NPC) China.
Pada pertemuan ini, China mempertimbangkan penerbitan lebih dari 10 triliun yuan dalam bentuk utang tambahan untuk menstabilkan perekonomiannya yang rapuh.
Baca Juga: China Berpeluang Buka Keran Investasi Lagi di Jawa Barat
Di Eropa, Bank of England diperkirakan akan memotong suku bunga sebesar 25 basis poin pada hari Kamis, dengan Sterling naik 0,5% ke US$1,298 seiring melemahnya dolar AS.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement