Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tak Ada Obat untuk Cendawan Parasit di Kebun Sawit, Metode Ini Diklaim Bisa Ulur Waktu

Tak Ada Obat untuk Cendawan Parasit di Kebun Sawit, Metode Ini Diklaim Bisa Ulur Waktu Kredit Foto: Uswah Hasanah
Warta Ekonomi, Jakarta -

Salah satu ancaman terbesar dalam industri perkebunan kelapa sawit adalah penyakit busuk pangkal batang alias ganoderma. Penyakit tersebut disebabkan oleh jamur bernama Ganoderma boninense yang virulen dan menyebabkan kerusakan parah pada tanaman sawit sehingga mengganggu produktivitas tanaman tersebut.

Hadirnya ganoderma ini bukanlah sesuatu yang diharapkan. Pasalnya, kehadiran dari cendawan satu itu bisa berpengaruh pada siklus hidup pohon kelapa sawit, khususnya di Indonesia sebagai penghasil utama dari minyak sawit dunia.

Penyebab dan Karakteristik Ganoderma

Cendawan pelapuk putih dari kelas Basidiomycetes tersebut bisa mempercepat proses pembusukan jaringan tanaman sawit lantaran memiliki kemampuan mendegradasi lignin kayu. Koloni ganoderma ini bisa dengan mudah dikenali oleh mata manusia dari warna putih dan pigmen gelap pada bagian belakangnya.

Pertumbuhan ganoderma ini disokong oleh suhu ideal wilayah Indonesia yang sekitar 30 derajat celcius. Kendati demikian, pertumbuhan cendawan ini secara signifikan terhambat pada suhu ekstrem di bawah 15 derajat celcius, atau di atas 35 derajat celcius.

Ganoderma juga melalui dua fase utama yang keduanya sama-sama tidak menguntungkan bagi tanaman. Fase pertama adalah fase parasite atau patogenik yang menyerang jaringan hidup tanaman, dan kedua adalah fase saprofit yang merupakan fase cendawan mulai menyebar dan menguraikan jaringannya yang sudah mati.

Biasanya, ganoderma menginfeksi dari akar dan menyebar ke pangkal batang sehingga membuat gejala layu hingga kematian tanaman.

Baca Juga: Selain Biodiesel dari Sawit, Peneliti BRIN Ini Kembangkan Inovasi BBN dari Kelapa

Dampak Ekonomi yang Disebabkan Ganoderma

Jika penyakit ini dibiarkan berlarut-larut, maka akan berdampak pada ekonomi yang sangat besar. Bahkan, tercatat kerugian tahunan lantaran ganoderma pada kebun sawit ini mencapai angka Rp62,5 miliar.

Hingga saat ini pun masih belum ada metode tunggal yang sepenuhnya efektif serta optimal dalam mengatasi cendawan parasite tersebut. Oleh sebab itu, diperlukan pendekatan terpadu serta menyeluruh seperti melalkukan manajemen penyakit tanaman melalui praktik kultural. Hal ini meliputi pembersihan lahan secara menyeluruh, sanitasi lahan, hingga penggalian parit isolasi. Kekurangan dari metode ini adalah membutuhkan biaya yang cukup besar meskipun diklaim efektif dalam menekan penyebaran ganoderma.

Selain itu, bisa melakukan pengendalian kimia dengan cara fungisida sistemik dengan memanfaatkan heksakonazol dan flutriafol. Keduanya diinjeksi kepada batang dan perendaman tanah. Di satu sisi, kombinasi antara pupuk mineral dan bahan kimia lainnya juga membantu meningkatkan ketahanan tanaman.

Terakhir metode yang bisa dilakukan adalah menggunakan elisitior. Elisitior merupakan senyawa yang merangsang mekanisme pertahanan alami tanaman. Beberapa elisitior misalnya asam jasmonat serta asam salisilat terbukti bisa meningkatkan daya tahan kelapa sawit terhadap cendawan tadi.

Memang hingga saat ini masih belum ada obat yang ampuh dalam mengatasi ganoderma. Hal tersebut lantas menjadi tantangan besar bagi keberlanjutan industri kelapa sawit. Interaksi antara patogen ini dengan pohon kelapa sawit menunjukkan kompleksitas yang memerlukan pendekatan multidisiplin untuk pengelolaannya.

 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Amry Nur Hidayat

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: