- Home
- /
- Kabar Finansial
- /
- Bursa
IHSG Diproyeksikan Bullish Menuju Nataru, Ditopang Saham Konsumer hingga Perbankan
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi akan bergerak bullish alias naik menuju tahun 2025. Hal ini menyusul sejumlah faktor ekonomi baik domestik maupuna internasional.
Investment Analyst D’Origin Financial And Business Advisory, Dandhi Nur Prastiyo mengatakan pihaknya optimistis bursa akan bergerak naik ditopang oleh sektor konsumer, perbankan, dan energi.
Baca Juga: IHSG Hari Ini Dibuka Merosot ke Level 7.264, Sunson Textile (SSTM) Jadi Top Losers
"Kami merekomendasikan investor untuk memilih sektor konsumer, perbankan, dan energi untuk menjadi pilihan investasi dengan memperhatikan fundamental perusahaan," ungkapnya dilansir Senin (16/12).
Hal tersebut tidak terlepas dari faktor-faktor domestik misalnya rilis data survei tingkat keyakinan konsumen meningkat. Dandhi mengatakan hal tersebut menjadi cerminan bahwa tingkat konsumsi dalam negeri tengah meningkat jelang akhir tahun dari 2024.
Indeks keyakinan konsumen naik secara bulanan dari 121,1 dari menjadi 125,9 di Desember 2024. Persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini juga naik 3,6 poin menjadi 113,5. Hal ini mencerminkan pandangan yang lebih baik dari tingkat konsumsi domestik mengingat beberapa bulan terakhir level manufaktur berada dilevel kontraksi.
"Keyakinan konsumen kedepan meningkat sejalan dengan faktor musiman yang positif peningkatan konsumsi domestik menjelang akhir tahun 2024," jelas Dandhi.
Adapun indeks terkait pasar tenaga kerja juga naik 7,3 poin menjadi 136,8. Hal ini diikuti oleh ekspektasi pendapatan juga naik 4,0 menjadi 121,9. Pemerintah sebelumnya juga telah menaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) jadi 6,5% di 2025. Hal ini akan berdampak langsung terhadap peningkatan konsumsi masyarakat dari Indonesia.
"Pemerintah telah menetapkan tarif rata-rata UMP naik sebesar 6,5%. Hal ini dapat memberi ruang peningkatan pengeluaran konsumsi," ujar Dandhi.
Dandhi juga mengatakan kondisi perekonomian akan turut memberikan efek tersendiri untuk IHSG. Kebijakan Federal Reserve (The Fed) misalnya terkait dengan suku bunga. Jika The Fed melakukan pemangkasan suku bunga acuannya sebesar 25 bps ke level 4,5%, Hal tersebut akan membuka ruang yang lebar bagi Bank Indonesia.
Namun banyak pihak optimistis bank sentral tersebut akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin, tetapi ada faktor terkait dengan inflasi yang bisa membuat suku bunga tak berubah atau tetap.
Inflasi Tahunan Amerika Serikat (AS) untuk November tercatat stabil di 3,3% dan sesui dengan ekspektasi pasar. Meski begitu, lvel inflasi memberi sinyal bagi bank sentral untuk berhati-hati dalam mengambil sikap cut rate. The Fed akan menyoroti target inflsi yang diproyeksikan belum mencapai goals yakni di 2%.
Baca Juga: Pasar Saham Eropa Loyo, Kebijakan Bank Sentral Jadi Sorotan!
"Hal ini dapat menjadi perhatian The Fed untuk mengambil sikap kedepan lebih berhati-hati dalam melakukan pemangkasan suku bunganya," jelas Dandhi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement