Harga emas cenderung stabil meski mengalami kenaikan pada penutupan perdagangan di Senin (16/12). Hal ini tidak terlepas dari ketegangan geopolitik serta ekspektasi kebijakan moneter yang lebih longgar dari Federal Reserve (Fed).
Dilansir Selasa (17/12), harga emas spot naik 0,2% ke level US$2.654,27 per ons. Sementara kontrak berjangka emas Amerika Serikat (AS) sedikit turun 0,2% ke posisi US$2.670.
Baca Juga: Ciptakan Generasi Emas 2045, Pemerintah Komitmen Berdayakan Perempuan dan Anak
Analis Wisdomtree, Nitesh Shah mengatakan pergerakan emas kali ini merupakan reaksi pasar terhadap ketidakpastian situasi ekonomi dan geopolitik global. Pasar tengah mencari tempat untuk mengamankan aset miliki mereka saat memanasnya konflik, khususnya di Timur Tengah.
“Risiko geopolitik yang berkelanjutan berperan besar dalam memperkuat harga emas,” ujar Shah.
Israel baru-baru ini berencana menggandakan jumlah pemukim di Dataran Tinggi Golan. Hal ini membuat khawatir pasar global karena bisa meningkatkan ketegangan dengan Suriah.
Adapun China memberikan angin segar dengan kebijakan stimulus ekonomi untuk mempercepat pemulihan negaranya. Stimulus ini diperkirakan akan berdampak terhadap permintaan emas global mengingat negara tersebut merupakan salah satu konsumen emas terbesar dunia.
Di sisi lain, ekspektasi terkait dengan pemangkasan suku bunga juga turut memperkuat harga emas. Federal Reserve (The Fed) diprediksi akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin dan hal tersebut akan berdampak pada kenaikan harga emas.
Baca Juga: Masuk Awal Pekan, Harga Emas Antam Tampak Mandek Rp1.517.000 per gram
Namun sebaliknya, penghentian penurunan suku bunga bisa membatasi potensi kenaikan harga emas karena membuat logam mulia ini kurang menarik sebagai instrumen investasi dibandingkan dengan Dolar AS.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement