Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyatakan bahwa pihaknya telah mengesahkan Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM No. 341.K/EK.01/MEM.E/2024. Dengan ini, Ia secara resmi meningkatkan kadar biodiesel dalam bahan bakar campuran dari 35% (B35) menjadi 40% (B40) mulai 1 Januari 2025.
"Ini karena mendadak sekali saya harus umumkan B40," ujar Bahlil, dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (3/1/2024).
"Kita sudah memutuskan dari Kementerian ESDM tentang peningkatan daripada B35 ke B40. Hari ini, kita umumkan bahwa berlaku per 1 Januari 2025. B35 menghasilkan kurang lebih 12,098 juta kiloliter dan ini meningkat menjadi 15,6 juta kiloliter. Kepmennya sudah kami tandatangani," ucapnya.
Adapun, kuota B40 sebesar 15,6 juta kiloliter tersebut terdiri atas Public Service Obligation (PSO) sebanyak 7,55 juta kiloliter dan non-PSO sebanyak 8,07 juta kiloliter.
Baca Juga: Wamen ESDM Pastikan Implementasi B40 Mundur
Menurut Bahlil, implementasi B40 ini merupakan langkah strategis dalam upaya pemerintah mengurangi ketergantungan pada impor solar dan meningkatkan ketahanan energi nasional. "Kalau ini kita lakukan dengan baik, maka impor kita terhadap solar, InsyaAllah, dipastikan sudah tidak ada lagi di tahun 2026. Ini bagian dari perintah Bapak Presiden tentang ketahanan energi," jelasnya.
Lebih lanjut, Bahlil mengungkapkan bahwa implementasi B40 juga menjadi langkah awal untuk mempersiapkan peningkatan ke biodiesel 50% (B50) pada 2026. "Atas arahan Bapak Presiden Prabowo, kita sudah harus mendorong ke B50. Jadi, implementasi B40 di 2025 sambil mempersiapkan implementasi B50 di 2026," tambahnya.
Baca Juga: Implementasi B40 di 2025 Butuh 15,6 Juta KL per Tahun, Pertamina Siapkan Dua Kilang Ini
Hingga saat ini, realisasi B35 pada 2024 mencapai 12,47 juta kiloliter, atau 97% dari total alokasi, yang disebut berhasil menghemat devisa hingga USD 7,78 miliar atau sekitar Rp122,98 triliun.
Sementara itu, Wakil Menteri ESDM, Yuliot Tanjung, menjelaskan bahwa masa transisi implementasi B40 akan berlangsung sekitar 1,5 bulan untuk menyesuaikan teknologi dan menghabiskan stok bahan bakar sebelumnya.
"Untuk masa transisi, menghabiskan stok dan menyesuaikan teknologi, kami memberikan waktu sekitar 1,5 bulan," ujar Yuliot.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait:
Advertisement