Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Jadi Bencana Termahal dalam Sejarah AS, Industri Asuransi AS Goyah Akibat Kebakaran Los Angeles

Jadi Bencana Termahal dalam Sejarah AS, Industri Asuransi AS Goyah Akibat Kebakaran Los Angeles Kredit Foto: Antara/Fransisco Carolio
Warta Ekonomi, Los Angeles -

Kebakaran hutan yang melanda Los Angeles diperkirakan akan menjadi salah satu bencana paling mahal dalam sejarah Amerika Serikat, dengan kerugian yang diproyeksikan melampaui US$135 miliar atau sekitar Rp2.100 triliun. Menurut estimasi awal dari lembaga peramal cuaca swasta, AccuWeather, kerugian tersebut dapat mencapai angka $150 miliar.

Kebakaran ini melanda kawasan yang dihuni oleh properti-properti bernilai tinggi, sehingga membuat dampaknya semakin besar. Para analis dari lembaga seperti Morningstar dan JP Morgan memprediksi bahwa kerugian yang ditanggung oleh industri asuransi akan melampaui U$8 miliar.

Badan pemadam kebakaran melaporkan bahwa lebih dari 5.300 bangunan hancur akibat kebakaran Palisades, sementara lebih dari 5.000 bangunan lainnya rusak akibat kebakaran Eaton. Hingga kini, petugas masih berupaya mengendalikan api, sehingga angka kerugian diperkirakan akan terus bertambah.

“Api yang bergerak cepat dan didorong oleh angin ini telah menciptakan salah satu bencana kebakaran hutan termahal dalam sejarah modern AS,” ujar Kepala Meteorolog AccuWeather, Jonathan Porter, mengutip BBC, Jakarta, Sabtu (11/1/2025).

Baca Juga: OJK Catat Aset Industri Asuransi Tembus Rp1.126,93 Triliun di November 2024

Kebakaran yang terjadi kali ini dapat menjadi salah satu dari lima bencana kebakaran hutan paling mahal dalam sejarah, mengingat nilai properti yang terdampak sangat tinggi.

Menurut perusahaan asuransi Aon, kebakaran Camp Fire di California Utara pada 2018 yang merenggut 85 korban jiwa dan memaksa lebih dari 50.000 orang mengungsi sebelumnya memegang rekor dengan kerugian asuransi sebesar US$12,5 miliar.

Dampak Jangka Panjang

Jonathan Porter juga memperingatkan bahwa dampak kebakaran ini bisa meluas ke sektor kesehatan dan pariwisata dalam jangka panjang. Industri asuransi, yang sudah mengalami krisis sebelumnya, kini menghadapi tekanan yang lebih besar.

Di AS, pemilik rumah dengan hipotek biasanya diwajibkan oleh bank untuk memiliki asuransi properti. Namun, perusahaan asuransi semakin sering menaikkan premi atau bahkan membatalkan polis di tengah risiko bencana alam yang semakin tinggi seperti kebakaran, banjir, dan badai.

Baca Juga: Putusan MK Bikin Perusahaan Asuransi Tak Bisa Batalkan Klaim Sepihak

Dengan semakin sedikitnya perusahaan yang menawarkan asuransi, banyak warga yang beralih ke rencana asuransi properti yang disediakan oleh pemerintah negara bagian. Namun, polis ini umumnya lebih mahal dan menawarkan perlindungan yang lebih sedikit.

Di California, jumlah polis yang ditawarkan melalui program FAIR meningkat lebih dari dua kali lipat sejak 2020, dari sekitar 200.000 menjadi lebih dari 450.000 pada September tahun lalu.

“Biaya pemulihan yang meningkat kemungkinan akan mendorong kenaikan premi dan mengurangi ketersediaan asuransi properti,” kata Denise Rappmund, analis senior di Moody's Ratings.

Ia menambahkan bahwa kebakaran ini juga dapat menyebabkan penurunan nilai properti jangka panjang dan membebani keuangan publik negara bagian.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Advertisement

Bagikan Artikel: