
Ikan Dingkis (Siganus Canaliculatus) atau Baronang memiliki harga yang fantastis menjelang tahun baru Imlek di Kota Batam, Kepulauan Riau. Apalagi komoditi tersebut tembus pasar ekspor luar negeri, Singapura dan Malaysia.
Ikan jenis ini paling diburu oleh setiap masyarakat Tionghoa saat Imlek sebagai hidangan khas saat perayaan tersebut. Selain rasanya yang gurih, siklus kembangbiak ikan dingkis selalu mengandung telur yang dipercaya membawa berkah tersendiri.
Baca Juga: Schneider Electric Dukung Kebijakan ESDM: Jalin Kolaborasi untuk Dongkrak Sektor Ketenagalistrikan
Salah satu Nelayan di Batam, Salam mengatakan, jenis ikan ini memiliki harga yang tinggi menjelang perayaan tahun baru Imlek. Biasanya, ikan dingkis betina mengandung telur yang memiliki nilai ekonomis tinggi saat dijual ke Singapura maupun pasar lokal.
"Yang mahal biasa yang bertelur, untuk hidangan khas oleh warga Tionghoa kerena dipercaya membawa berkah tersendiri bagi mereka. Menjelang imlek siklus ikan ini akan bermigrasi dari laut dalam ke perairan dangkal untuk bertelur," katanya, Senin (27/1/25).
Salam menjelaskan, ikan dingkis atau barongan susu bisa mencapai harga Rp300 ribu per kilo di pasal lokal dan Rp450 ribu di pasar ekspor, sepekan menjelang perayaan Imlek. Ikan dingkis juga dikirim ke Singapura dan Malaysia karena tingginya permintaan di pasar.
"Biasa ikan ini sebagai sajian kuliner yang wajib ada dalam tradisi Imlek untuk disantap bersama keluarga. Harga ikan dingkis melonjak sepekan menjelang Imlek hingga H-1, setelah itu harga normal kembali dikisaran Rp50 ribu hingga Rp100 ribu per kilogram," ujarnya.
Kepala Dinas Perikanan Kota Batam Yudi Admaji mengatakan, ikan dingkis identik dengan perayaan Imlek di Batam, Kepulauan Riau dan negara tetangga. Jenis ikan ini juga sebagai komoditas ekspor unggulan di Batam.
"Ikan ini sebenarnya ada sepanjang tahun, tapi biasanya akan migrasi ke pesisir untuk bertelur saat menjelang perayaan imlek. Menariknya ikan ini jarang dibudidayakan nelayan dan juga tidak bisa diburu secara berlebihan karena berada dilaut dalam," katanya.
Menurut Yudi, meski ikan ini diburu pada saat ingin bertelur, tetapi alat tangkap nelayan terbilang sangat tradisional dan dipastikan tidak mengancam habitat ataupun merusak ekosistem laut. Sebagai penyumbang devisa, ikan dinggis juga tercatat miliki nilai ekspor yang signifikan.
"Daei data Karantina tahun 2024, tercatat nilai ekspor ikan dingkis ke Singapura mencapai 1.158.874 kilogram dengan nilai Rp17,2 miliar. Puncak nilai ekspor biasa terjadi di bulan Februari-Maret setiap tahun, lantaran ada perayaan Imlek dan tingginya permintaan pasar global," ujarnya.
Yudi memastikan, perburuan ikan ini oleh nelayan menggunakan alat tangkap yang masih tradisional dan ramah lingkungan untuk menjaga kelestariannya. Jenis ikan ini juga menjadi sumber pendapatan nelayan sejak turun-temurun saat perayaan Imlek setiap tahun yang patut dijaga.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Romus Panca
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement