Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Masuk 3 Besar Menteri Terburuk Versi Celios, Bahlil: Ini Pesanan Asing?

Masuk 3 Besar Menteri Terburuk Versi Celios, Bahlil: Ini Pesanan Asing? Kredit Foto: Rahmat Dwi Kurniawan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia angkat bicara setelah dirinya masuk dalam daftar tiga besar menteri berkinerja terburuk menurut survei yang dilakukan Center of Economic and Law Studies (Celios).

Menurut Bahlil, salah satu faktor yang membuat kinerjanya dinilai buruk adalah belum adanya kebijakan yang tepat dalam mempercepat transisi energi baru terbarukan (EBT) serta rencana pensiun dini Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).

Ia menegaskan bahwa transisi energi harus memiliki perencanaan matang dan sumber pendanaan yang jelas. Namun, hingga saat ini, Bahlil mengaku belum melihat komitmen nyata dari lembaga donor yang berjanji akan membiayai program tersebut.

"Dalam hati saya ini pesanan asing kah? Ini kolonial baru di bangsa ini. Masa kita disuruh paksa untuk mempensiunkan PLTU-PLTU itu? Kan siapa membiayai? Dijanji ada lembaga donor yang membiayai. Mana ada? Sampai sekarang belum ada, zero!" tegas Bahlil, di Jakarta, Kamis (30/01/2025).

Baca Juga: Beri Rapor Merah untuk 100 Hari Kabinet Prabowo-Gibran, CELIOS Menilai Perlu Perombakan

Bahlil juga menyinggung perbedaan pendapat dengan sejumlah lembaga non-pemerintah (NGO) terkait pendanaan proyek akselerasi EBT dan pensiun dini PLTU. Menurutnya, meskipun NGO menyatakan sudah ada lembaga donor yang siap membiayai, kenyataannya dana tersebut belum juga masuk ke kas Indonesia.

Alih-alih fokus mengejar target transisi energi, Bahlil lebih mengutamakan kebutuhan energi dalam negeri yang hingga saat ini masih belum stabil. Ia menilai bahwa kebijakan percepatan EBT tidak boleh dilakukan secara gegabah tanpa memperhitungkan ketersediaan anggaran dan dampaknya terhadap ketahanan energi nasional.

"Kita harus memproteksi kepentingan dalam negeri dulu. Jadi harus fair," kata Bahlil.

Ia menambahkan bahwa pensiun dini PLTU bukanlah langkah yang bisa dilakukan dengan mudah. Dibutuhkan investor yang bersedia membiayai proyek ini, mengingat biayanya sangat besar.

"Masa kita harus memaksa dana APBN atau PLN membuat bon baru lagi untuk membiayai itu? Kita mau, tapi ada uangnya dulu. Kalau gak ada duitnya, ya sorry bos," ujarnya.

Survei Celios: 10 Menteri dengan Kinerja Terburuk

Laporan Celios mengungkapkan bahwa survei kinerja ini dilakukan terhadap 95 jurnalis dari 44 lembaga pers di Indonesia. Para responden berasal dari berbagai desk pemberitaan, termasuk ekonomi, sosial, politik, hukum, HAM, serta energi dan lingkungan.

Dalam survei tersebut, lima indikator utama yang digunakan untuk menilai kinerja menteri meliputi:

  1. Pencapaian program
  2. Kesesuaian rencana kebijakan dengan kebutuhan publik
  3. Kualitas kepemimpinan dan koordinasi
  4. Tata kelola anggaran
  5. Komunikasi kebijakan

Secara keseluruhan, survei Celios menyimpulkan bahwa kinerja kabinet Prabowo-Gibran selama 100 hari pertama masih jauh dari harapan.

Baca Juga: 100 Hari Pemerintahan Prabowo, CELIOS Rilis Kinerja Menteri yang Berapor Buruk

"Secara keseluruhan kinerja kabinet Prabowo-Gibran selama 100 hari pertama mengecewakan," demikian tertulis dalam laporan Celios pada Selasa, 21 Januari 2025.

Berikut adalah daftar 10 menteri dengan kinerja terburuk menurut survei Celios:

  1. Menteri HAM Natalius Pigai
  2. Menteri Koperasi Budi Arie Setiadi
  3. Menteri ESDM Bahlil Lahadalia
  4. Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni
  5. Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal Yandri Susanto
  6. Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan
  7. Kepala Badan Percepatan Pengentasan Kemiskinan Budiman Sudjatmiko
  8. Menteri Pemuda dan Olahraga Ario Bimo Nandito Ariotedjo
  9. Menteri Koordinator Bidang Hukum, HAM, Imigrasi, dan Pemasyarakatan Yusril Ihza Mahendra
  10. Menteri Kebudayaan Fadli Zon

Menteri HAM Natalius Pigai menjadi pejabat dengan skor terburuk dalam survei ini, dengan nilai mendekati -150. Celios menilai bahwa kinerja Pigai mendapat kritik tajam akibat berbagai kontroversi serta minimnya gebrakan di sektor hak asasi manusia.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Annisa Nurfitri

Advertisement

Bagikan Artikel: