
Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman, mengungkapkan bahwa produksi padi Indonesia pada periode Januari – Maret 2025 bakal mengalami peningkatan signifikan hingga 50% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Adapun prediksi tersebut berdasarkan data laporan dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatatkan adanya kenaikan sebesar 50% pada Januari, 49% pada Februari, dan pada Maret 2025 nanti diprediksi naik hingga 51%.
Kenaikan produksi padi ini, kata Amran, akan berdampak positif pada harga beras yang diterima oleh masyarakat. Dia menilai, harga gabah yang berada di 70% provinsi di Indonesia saat ini sudah berada di bawah Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yang ditetapkan Rp6.500 per kilogram (kg).
"Kenaikan produksi padi ini membuat harga beras di pasar semakin turun, dari yang sebelumnya Rp15.000 pada Januari 2024, kini rata-rata harganya berada di kisaran Rp12.000," ujar Amran dalam konferensi pers yang digelar di Gedung Kementan, Jakarta, Kamis (30/1/2025).
Dengan stabilitas harga gabah dan beras yang terjaga, ungkap Amran, diharapkan pendapatan petani juga turut meningkat dan ketahanan pangan nasional yang digadang-gadang sedari awal makin terjamin.
Lebih lanjut, peningkatan produksi ini juga menunjukkan bahwa beberapa langkah yang diambil oleh pemerintah seperti peningkatan teknolog pertanian dan program pemberdayaan petani, membuahkan hasil juga.
Amran juga menegaskan pentingnya kerja sama yang terjalin antara Kementan dengan BPS. Hal ini bertujuan untuk menjaga integritas data pertanian. Dalam rangka penguatan data pertanian, kedua lembaga tersebut baru saja menandatangani nota kesepahaman yang memastikan bahwa seluruh data pertanian hanya akan dikeluarkan oleh BPS. Hal tersebut bertujuan untuk menghindari adanya subjektivitas dan potensi polemik di publik.
Dalam kesempatan yang sama, Plt. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, menyatakan bahwa kerjasama ini akan mendukung perumusan kebijakan pembangunan yang lebih tepat sasaran, terutama di sektor pertanian.
“Kerjasama ini sangat penting untuk menghasilkan data statistik yang akurat dan dapat diandalkan dalam perumusan kebijakan yang mendukung sektor pertanian,” ujar Amalia.
Baca Juga: Kebijakan Stop Impor Beras RI Picu Penurunan Harga Beras Dunia, Segini Angkanya
Dengan langkah-langkah ini, pemerintah berharap dapat terus mendorong ketahanan pangan nasional dan kesejahteraan petani Indonesia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement