Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Lapor Smelternya Beroperasi Penuh Desember 2025, Bos Freeport: Rp65 T Melayang!

Lapor Smelternya Beroperasi Penuh Desember 2025, Bos Freeport: Rp65 T Melayang! Kredit Foto: Rahmat Dwi Kurniawan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI), Tony Wenas, mengungkapkan bahwa smelter baru di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Gresik, Jawa Timur, ditargetkan beroperasi penuh pada Desember 2025. 

"Kami sangat yakin sekali kami bisa menyelesaikan semuanya di minggu ketiga bulan Juni dan mulai bisa ramp up produksi di minggu keempat bulan Juni sebesar dengan kapasitas masih 40%, kemudian di Agustus 50%, September 60%, Oktober 70%, November 80%, baru 100% di Desember," ucapnya, dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) di Komisi VII DPR RI, Jakarta, Rabu (19/02/2025).

Investigasi dari kepolisian telah dilakukan dan hasilnya ini bukan karena kelalaian. Kerusakan tersebut pun sudah diasuransikan, sehingga biaya perbaikan sebesar US$100 juta  sepenuhnya ditanggung oleh asuransi.

”Hasil dari Kepolisian dan ada cover letter dari Bareskrim menyatakan bahwa kejadian kebakaran tersebut adalah bukan karena kelalaian atau kealpaan atau kesalahan dari pekerja,” ucapnya.

Baca Juga: Freeport Benarkan Produksinya Alami Penurunan Karena Hal Ini

Akibat kebakaran, Freeport saat ini hanya mampu memproduksi 40% konsentrat tembaga. Hal ini terjadi karena smelter yang terbakar belum bisa menyerap produksi, ditambah dengan penuhnya kapasitas penyimpanan (stockpile) yang ada.

Tony menuturkan bahwa karena kebarakan ini sebanyak 1,5 juta ton konsentrat tidak dapat dimurnikan di dalam negeri karena dampak terhentinya operasi smelter ini.

"Karena kebakaran ini, 1,5 juta ton konsentrat tidak dapat dimurnikan di dalam negeri. Jika dihitung dengan harga saat ini, nilainya bisa lebih dari USD 5 miliar. Dari angka itu, pendapatan negara yang hilang dari bea keluar, royalti, dividen, hingga pajak bisa mencapai US$4 miliar atau sekitar Rp 65 triliun," jelas Tony.

Rincian potensi kehilangan penerimaan negara tersebut meliputi:

  • Dividen: US$1,7 miliar (Rp 28 triliun)
  • Pajak: US$1,6 miliar (Rp 26 triliun)
  • Bea Keluar Ekspor: US$0,4 miliar (Rp 6,5 triliun)
  • Royalti: US$0,3 miliar (Rp 4,5 triliun)

Selain itu, dampak terhadap pendapatan daerah juga signifikan. Pada 2025, pendapatan daerah diperkirakan turun sebesar Rp 5,6 triliun, dengan rincian:

  • Provinsi Papua Tengah: Rp 1,3 triliun
  • Kabupaten Mimika: Rp 2,3 triliun
  • Kabupaten lain di Papua Tengah: Rp 2 triliun

Tak hanya itu, alokasi Dana Kemitraan PTFI untuk Program Pengembangan Masyarakat juga berpotensi berkurang hingga US$60 juta atau sekitar Rp 960 miliar pada 2025.

Baca Juga: Smelter Freeport Tersendat, Kementerian ESDM: Status Kahar Harus Diputuskan Lembaga Berwenang

Tony menegaskan bahwa sesuai dengan Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK), ekspor konsentrat masih dapat dilakukan jika terjadi keadaan kahar. Namun, agar ekspor tetap berjalan dalam kondisi ini, diperlukan penyesuaian Peraturan Menteri ESDM.

”Sesuai dengan IUPK PTFI bahwa konsentrat dapat diekspor apabila terjadi keadaan kahar namun diperlukan penyesuaian permain ESDM untuk mengatur ekspor tersebut karena keadaan kahar ini,” tegasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Annisa Nurfitri

Advertisement

Bagikan Artikel: