Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Indeks Kepercayaan Industri (IKI) Menguat dalam 100 Hari Kerja, Ini Penopangnya

Indeks Kepercayaan Industri (IKI) Menguat dalam 100 Hari Kerja, Ini Penopangnya Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Juru Bicara Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Febri Hendri Antoni Arif mengungkapkan Indeks Kepercayaan Industri (IKI) semakin menguat dalam 100 hari kerja Kabinet Merah Putih.

Pada Januari 2025, IKI menunjukkan ekspansi yang semakin menguat dibanding bulan sebelumnya dan periode yang sama pada tahun lalu.

Baca Juga: Cerita 4 Alumni Prodi Hubungan Internasional President University yang Miliki Karier Mentereng Hingga Masuk Komunitas Global

“Indeks Kepercayaan Industri (IKI) bulan Januari 2025 berada di posisi ekspansi dengan mencapai 53,10. IKI Januari 2025 meningkat 0,17 poin dibandingkan dengan bulan Desember 2024, dan meningkat 0,75 poin dibandingkan dengan Januari tahun lalu,” ungkapnya, dikutip dari siaran pers Kemenperin, Jumat (31/1).

Sebelumnya, IKI November 2024 juga berada di level ekspansi sebesar 52,95.

Meningkatnya IKI bulan Januari ini ditopang oleh ekspansi 20 subsektor dengan kontribusi terhadap PDB industri pengolahan non-migas Triwulan III tahun 2024 sebesar 95,5%. Selain itu, peningkatan IKI bulan Januari ini juga dipengaruhi oleh berekspansinya seluruh variabel pembentuk IKI, yaitu pesanan baru, produksi dan persediaan. 

Variabel pesanan baru mengalami ekspansi dengan peningkatan sebesar 2,03 poin dibanding bulan sebelumnya menjadi 52,74. Hal ini selaras dengan kondisi pada bulan Desember ketika perusahaan menerima pesanan baru dan sedang bersiap menghadapi peningkatan permintaan di tahun 2025. Di sisi lain, variabel produksi tetap mengalami ekspansi sebesar 53,39, meskipun turun 2,14 poin dibandingkan bulan sebelumnya.

Pada Januari ini, industri sedikit menurunkan produksi dibandingkan produksi Desember 2024. Ini karena stok barang dari peningkatan produksi di bulan sebelumnya masih banyak, sebagai antisipasi rencana kenaikan PPN 12 persen di tahun lalu. 

Demikian juga dengan persediaan yang tetap ekspansi sebesar 53,58, meski turun 1,00 poin dibandingkan Desember 2024. Hal ini disebabkan produsen masih berhati-hati untuk memproduksi, mengingat persediaan yang belum terserap optimal ke pasar.

Jika dilihat dari sisi daya beli masyarakat, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) bulan Desember menunjukkan peningkatan 1,8 poin dibandingkan bulan November. Naiknya keyakinan konsumen pada Desember tersebut bisa dilihat pada peningkatan indeks penghasilan saat ini, indeks ketersediaan lapangan kerja, dan indeks pembelian barang tahan lama (durable goods), namun tidak pada seluruh golongan. 

Indeks tertinggi pada komponen penghasilan saat ini tercatat pada responden dengan pengeluaran lebih besar dari Rp5 juta dan kelompok usia 20-30 tahun, sedangkan untuk komponen ketersediaan lapangan kerja terindikasi meningkat pada seluruh tingkat pendidikan, kecuali pascasarjana. Sedangkan komponen pengeluaran terindikasi tertinggi pada kelompok pengeluaran Rp4,1 juta-Rp5 juta dan kelompok usia 31-40 tahun.

Dengan demikian, daya beli masyarakat dapat dikatakan stabil pada level golongan menengah atas, namun tetap berhati-hati dalam melakukan pengeluaran. Sedangkan di golongan bawah, daya beli masyarakat dapat dikatakan mengalami penurunan, yang tentu saja berpengaruh pada penyerapan pasar produk manufaktur.

Hal tersebut tecermin pada tiga subsektor dengan nilai IKI tertinggi (ekspansi) yaitu subsektor Industri Alat Angkutan Lainnya, Industri Peralatan Listrik, dan Industri Mesin dan Perlengkapan YTDL yang mayoritas konsumennya merupakan perusahaan, bukan rumah tangga perseorangan. 

Sedangkan tiga subsektor yang mengalami kontraksi yaitu Industri Pengolahan Lainnya, Industri Komputer, Barang Elektronik dan Optik, serta Industri Minuman merupakan subsektor yang dominan konsumennya merupakan rumah tangga atau perseorangan.

Berdasarkan identifikasi Tenaga Ahli IKI, kontraksi ketiga subsektor tersebut terjadi karena pelemahan daya beli konsumen khususnya kelas bawah, relaksasi impor yang menyebabkan banjir produk impor, fluktuasi ekonomi global, perubahan kebijakan pemerintah, serta adanya gangguan rantai pasok. 

Selain itu, kontraksi Industri Komputer, Barang Elektronik dan Optik juga disebabkan oleh penurunan demand luar negeri akibat persaingan yang ketat di pasar domestik asing, permasalahan supply chain, serta isu relokasi pabrik elektronika dari RRT ke Indonesia, tetapi kondisi di dalam negeri juga belum stabil. 

Sedangkan untuk industri minuman, faktor musiman juga mempengaruhi kontraksi sektor tersebut. Karenanya, Tenaga Ahli IKI juga mengingatkan bahwa perekonomian global tahun 2025 diperkirakan menghadapi tantangan yang tidak mudah.

Meskipun demikian, kondisi umum kegiatan usaha di bulan Januari 2025 membaik dibanding bulan Desember 2024, dilihat dari persentase jawaban responden yang menjawab kondisi usahanya meningkat dan stabil (dari 76,4% menjadi 76,8%). Sementara itu, optimisme pelaku usaha 6 (enam) bulan ke depan turun dari 73,4% menjadi 72,5%.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Editor: Ulya Hajar Dzakiah Yahya

Advertisement

Bagikan Artikel: