- Home
- /
- New Economy
- /
- Energi
Hashim Tegaskan Batubara Masih Dipakai Setelah 2040, Exxon dan BP Siapkan Investasi Jumbo

Batubara diperkirakan masih akan digunakan setelah 2040 dengan dukungan teknologi Carbon Capture and Storage (CCS). Utusan Khusus Presiden untuk Iklim dan Energi, Hashim Djojohadikusumo, mengungkapkan bahwa ExxonMobil dan BP telah menyiapkan investasi besar untuk CCS guna menekan emisi karbon dari pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dan industri lainnya.
"Masih banyak (batubara) ratusan juta ton bahkan miliar ton. Masih tersisa setelah tahun 2040," ujar Hashim dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (31/1/2025).
Menurutnya, CCS menjadi solusi untuk menangkap dan menyimpan karbon dioksida (CO₂) yang dihasilkan oleh PLTU dan industri berat lainnya.
"Ada dua perusahaan raksasa, yang pertama adalah ExxonMobil, yang kedua adalah BP. BP sudah mulai program senilai 7 miliar dolar untuk CCS. Exxon juga demikian," jelasnya.
Baca Juga: AS Keluar dari Paris Agreement, Hashim: Kalau Mereka Tidak Mau Patuh, Kenapa Indonesia Harus Patuh?
Hashim menambahkan, ExxonMobil saat ini tengah mengembangkan proyek CCS dengan kapasitas penampungan hingga 3 gigawatt karbon dioksida.
"Itu seratus kilometer dari pantai utara Provinsi Banten. ExxonMobil saya dengar kemarin dari Pak Bahlil, mereka mau investasi 15 miliar dolar di Indonesia dan itu sebagian besar untuk CCS," katanya.
Teknologi CCS bekerja dengan menangkap karbon dioksida dari emisi industri, mengubahnya menjadi cairan, dan menyimpannya di rongga bawah laut.
"Nanti liquid carbon dioxide ini disuntik ke dalam cavity-cavity, gua-gua di bawah laut," ungkap Hashim.
Lebih lanjut, ia menekankan bahwa industri seperti semen dapat menjadi mitra ExxonMobil dan BP dalam penerapan teknologi ini. Bahkan, Indonesia berpotensi menjadi pusat penyimpanan karbon dari negara lain.
Baca Juga: Pastikan Tak akan Ada Pensiun PLTU, Hashim Djojohadikusumo: Kita Tidak Mau Bunuh Diri
"Indonesia bisa menampung karbon dioksida yang diemisikan dari luar negeri. Misalnya, industri Singapura nanti bisa kita tampung, dan itu bisa menjadi sumber devisa. Indonesia saya dengar bisa menjadi superpower dalam carbon capture," ujarnya.
Menurut Hashim, daya tampung penyimpanan karbon di Indonesia sangat besar, berkisar antara 500 hingga 700 gigawatt.
"Daya tampung kita itu 500-700 gigawatt, kalau tidak salah. Saya dengar dari Pak Luhut Panjaitan. Mungkin batubara masih bisa dipakai di masa depan setelah tahun 2040," tutupnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait:
Advertisement