Logam Mulia Bergejolak, Tarik-ulur Kebijakan Tarif Bikin Harga Emas Naik

Harga logam mulia global kembali bergejolak mengikuti harga emas yang kembali mencetak rekor pada penutupan perdagangan di Senin (3/2). Kenaikan ini dipicu meningkatnya permintaan safe-haven akibat ketidakjelasan soal implementasi kebijakan tarif dari Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump.
Dilansir dari CNBC International, Selasa (4/2), berikut ini adalah catatan pergerakan harga sejumlah logam mulia global. Tercatat, hampir semua logam mulia mencetak kenaikan yang signifikan:
- Emas spot: Naik 0,8% menjadi US$2.818,99 per ounce.
- Kontrak berjangka emas AS: Naik 0,8% menjadi US$2.857,10 per ounce.
- Perak spot: Naik 0,8% menjadi US$31,56 per ounce.
- Platinum: Turun 1,5% menjadi US$963,40 per ounce.
- Paladium: Menguat 0,5% menjadi US$1.012,85 per ounce.
Direktur Perdagangan Logam High Ridge Futures, David Meger menyebut bahwa kenaikan harga emas kali ini dipicu oleh lonjakan permintaan safe-haven menyusul penerapan tarif impor terhadap Kanada, China, dan Meksiko.
Kebijakan tersebut memicu kekhawatiran inflasi dan perlambatan ekonomi global karena berpotensi memicu perang dagang antara negara-negara yang memiliki pengaruh besar terhadap ekonomi dunia.
“Ketidakpastian akibat adanya kebijakan tarif impor baru mendorong investor untuk mengalihkan investasinya ke emas,” kata David Meger.
Trump sebelumnya memberlakukan tarif 25% untuk impor dari Kanada dan Meksiko. Sementara tarif 10% diberlakukan untuk barang-barang dari China. Hal ini memicu reaksi yang keras dari negara terkait berupa sanksi serupa hingga tuntutan di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
Namun, Trump kemudian mengumumkan penundaan tarif selama sebulan untuk Meksiko. Hal ini menyusul adanya kesepakatan antara negara tersebut dengan AS. Investor cukup lega dengan hal tersebut namun menaruh kewaspadaan yang tinggi terkait dengan prospek perang dagang.
Baca Juga: Trump Melunak, Prospek Ditundanya Kebijakan Tarif Kikis Dolar AS
Kini investor menunggu kejelasan tak hanya soal penerapan kebijakan tarif namun juga data perekonomian dari AS. Laporan tenaga kerja dan lowongan pekerjaan akan menjadi alat ukur bagi pasar terkait dengan kondisi ekonomi negara tersebut.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement