- Home
- /
- Kabar Finansial
- /
- Bursa
Respon China Lunak, Bursa Asia Tak Khawatir Soal Ancaman Perang Dagang

Bursa Asia membukukan hasil akhir yang beragam dalam perdagangan di Rabu (5/2). Data perekonomian terbaru sejumlah negara dalam kawasan hingga ancaman perang dagang menjadi sorotan utama investor.
Dilansir dari CNBC International, Kamis (6/2), berikut ini adalah catatan pergerakan sejumlah indeks utama yang tergolong masuk dalam Bursa Asia. Beberapa indeks mencatatkan kenaikan yang cukup signifikan:
- Nikkei 225 (Jepang): Naik tipis 0,09% menjadi 38.831,48.
- Topix (Jepang): Menguat 0,27% ke 2.745,41.
- Kospi (Korea Selatan): Melesat 1,11% ke 2.509,27.
- Kosdaq (Korea Selatan): Naik 1,54% ke 730,98.
- S&P/ASX 200 (Australia): Naik 0,51% ke 8.416,90.
- CSI 300 (China): Turun 0,58% ke 3.795,08.
- Hang Seng (Hong Kong): Melemah 0,93% ke 20.597,09.
Analis Morningstar, Kai Wang mengatakan pasar lebih memilih untuk menyoroti data perekonomian regional terbaru ketimbang khawatir dengan potensi perang dagang antara China dan Amerika Serikat (AS).
Kebijakan tarif dinilai hanya sebuah alat negosiasi untuk Presiden AS, Donald Trump. Hal ini menyusul adanya tarik-ulur kebijakan terkait, khususnya dengan Kanada dan Meksiko.
China juga di sisi lain tak bereaksi keras soal kebijakan tarif. Beijing hanya memberikan kebijakan tarif terbatas sambil memberikan teggat waktu hingga membuka pintu negosiasi dengan Trump.
“Tarif ini lebih bersifat simbolis karena hanya mempengaruhi 12% dari total impor AS,” ujar Kai Wang.
Meski demikian, ia juga memperingatkan pasar bahwa masih ada risiko perang dagang lanjutan menyusul belum jelasnya implementasi kebijakan tarif dari Trump.
Adapun Korea Selatan mengumumkan data perekonomian terbaru negaranya. Korea Selatan mencatatkan kenaikan inflasi hingga 0,7% di Januari 2025. Angka ini lebih tinggi dari perkiraan pasar yang hanya 1,97%.
Baca Juga: Tencent hingga Alibaba, Industri China Berlomba Hadir 'Bekingi' DeepSeek
Purchasing Managers Index (PMI) Jasa Caixin China juga menjadi sorotan karena tercatat menurun hingga 51,0 di Januari 2025. Angka ini menunjukkan perlambatan aktivitas sektor jasa dalam Negeri Tirai Bambu.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement