Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

MBMA Klaim Kinerja Penambangan Nikel Dan Produksi MHP Tumbuh Signifikan

MBMA Klaim Kinerja Penambangan Nikel Dan Produksi MHP Tumbuh Signifikan Kredit Foto: Merdeka Battery
Warta Ekonomi, Surabaya -

PT Merdeka Battery Materials Tbk (IDX: MBMA) mencatat akhir tahun 2024 kinerja dalam penambangan nikel dan pencapaian produksi Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) perdana tumbuh secara signifikan.

Tercatat  tambang Sulawisi Cahaya Mineral ( SCM ) cetak rekor produksi bijih tertinggi dalam satu kuartal dengan menghasilkan 3,0 juta wet metric ton (wmt) saprolit dan 3,4 juta wmt limonit. Jumlah ini menunjukkan,  kenaikan secara tahunan (year-on-year/YoY) sebesar 108% dan 110%. Selama kuartal ini, 2,01 juta wmt bijih saprolit dikirim ke pabrik peleburan RKEF MBMA, sementara 4,1 juta wmt bijih limonit dijual ke PT Huayue Nickel Cobalt (HNC), menghasilkan pendapatan sebelum diaudit sebesar $73,2 juta dengan harga jual rata-rata atau average sales price (ASP) sebesar $17,9/wmt.

Presiden Direktur MBMA, Teddy Oetomo dalam keterangan resminya kepada Warta Ekonomi di Surabaya kemarin menjelaskan, di tahun 2024, tambang SCM meningkatkan dan memperluas operasi penambangan serta infrastrukturnya, sehingga menghasilkan peningkatan produksi bijih secara signifikan dan penurunan biaya penambangan.

Tambang SCM berhasil meningkatkan produksi bijih lebih dari dua kali lipat dengan produksi saprolit sebesar 4,9 juta wmt pada FY2024, dibandingkan dengan 2,3 juta wmt pada FY2023. Selain itu, produksi limonit mencapai 10,1 juta wmt pada FY2024.

Baca Juga: Produksi Nikel MBMA Naik 110% di 2024! Begini Strateginya

Dijelaskan pula di  FY 2024 lalu , MBMA memproduksi 82.161 ton nikel dalam NPI1 dengan cash cost $10.307/t, sesuai dengan rentang panduan 2024. Hal ini mencerminkan peningkatan volume sebesar 26% YoY dan penurunan biaya sebesar 15% YoY. Sementara itu, produksi HGNM mencapai 50.315 ton dengan biaya tunai $13.547/t, juga dalam rentang panduan. Hal ini menunjukkan peningkatan volume sebesar 66% YoY dan penurunan biaya sebesar 8% YoY.

“Kinerja operasional kami yang kuat pada 2024 lalu mencerminkan  bahwa, komitmen kami terhadap efisiensi, keberlanjutan, dan inovasi. Memasuki 2025 ini , MBMA dalam posisi pertumbuhan yang signifikan, didorong oleh peningkatan produksi bijih nikel, peningkatan produksi pemurnian nikel, dan beroperasinya fasilitas HPAL," terang Teddy.

Bahkan Teddy klaim, bahwa pencapaian ini akan semakin memperkuat posisi kami sebagai pemain global dalam rantai nilai baterai dan kendaraan listrik.

” Kegiatan commissioning di Pabrik AIM berjalan dengan baik. Pabrik pirit (Pyrite Plant) telah beroperasi penuh, dan pabrik asam (Acid Plant) telah beroperasi sejak April 2024. Selama kuartal empat, Acid Plant mencapai 1 Termasuk produksi 2.683 ton nikel dalam nikel matte kadar rendah/lower-grade nickel matte (“LGNM”) pada FY 2024 lalu. Pembangunan pabrik klorida (Chlorine

Plant) telah selesai dan sedang dalam tahap commissioning. Pabrik katoda tembaga (Copper Cathode Plant) sedang dalam tahap akhir konstruksi, dan commissioning parsial dimulai pada kuartal ini. Pada Desember 2024, PT ESG New Energy Material (PT ESG) berhasil memproduksi mixed hydroxide precipitate (MHP) perdananya," jelasnya.

Baca Juga: Kuartal III 2024: Merdeka Battery (MBMA) Sukses Catat Laba US$1,38 M

Menurutnya, produksi MHP ini merupakan tonggak penting dalam strategi MBMA memproduksi bahan baterai hilir. Pada 2025, MBMA menargetkan pengiriman 6,0 hingga 7,0 juta wmt bijih saprolit dan penjualan 12,5 hingga 15,0 juta wmt bijih limonit. Biaya tunai untuk saprolit dan limonit diperkirakan akan tetap di bawah $23/wmt dan $11/wmt, dengan antisipasi penurunan biaya lebih lanjut. Produksi NPI diproyeksikan sebesar 80.000 hingga 87.000 ton, dengan perkiraan biaya tunai di bawah $11.000/t dan biaya all-in sustaining cost (AISC) di bawah $11.200/t. Produksi HGNM diproyeksikan berkisar antara 50.000 dan 55.000 ton, dengan perkiraan cash cost dan AISC keduanya di bawah $13.500/t. Sementara produksi MHP diperkirakan berkisar antara 25.000 dan 30.000 ton, dengan cash cost rata-rata di bawah $9.000/t setelah kredit kobalt, begitu operasi HPAL mencapai kapasitas desainnya.

"MBMA mengantisipasi cash cost akan semakin menurun seiring dengan peningkatan pengiriman bijih saprolit dari Tambang SCM dan setelah selesainya perbaikan smelter BSI. Kami berharap memasok sendiri sekitar 60 –70% kebutuhan RKEF kami pada tahun fiskal 2025. Perusahaan akan memantau profitabilitas fasilitas pemurnian kami terutama pabrik HGNM yang akan diawasi secara ketat. Ketika margin keuntungan yang dapat diterima tidak tercapai, MBMA dapat mempertimbangkan untuk membatasi produksi HGNM jika kondisi pasar saat ini terus berlanjut," pungkas Teddy.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Mochamad Ali Topan
Editor: Fajar Sulaiman

Advertisement

Bagikan Artikel: