Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Panasnya Harga Minyak Dunia Terancam Gejolak di AS

Panasnya Harga Minyak Dunia Terancam Gejolak di AS Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Harga minyak mentah dunia kembali mencatatkan kenaikan dalam perdagangan di Selasa (11/2). Pasar menyambut baik adanya pengetatan pasokan meski terhadap kekhawatiran terkait dengan gejolak yang terjadi di Amerika Serikat (AS).

Dilansir dari CNBC International, Rabu (12/2), harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) menguat 1,37% menjadi US$73,31 per barel di New York Mercantile Exchange. Sementara harga minyak mentah Brent, naik 1,46% menjadi US$76,98 per barel di London ICE Futures Exchange.

Baca Juga: Tarik Komitmen Cegah Perubahan Iklim, Bank Terkemuka Australia Ikuti Jejak Trump

Pasokan minyak mengalami pengetatan setelah adanya sanksi lanjutan terhadap ekspor minyak yang dilakukan terhadap Iran dan Rusia. Hal ini menjadi berkah tersendiri menyusul belum seimbangnya logistik minyak global.

Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) juga diprediksi akan memperpanjang pembatasan produksi guna menjaga keseimbangan pasar pada semester kedua 2025. Faktor ini menambah optimisme pasar terkait dengan harga minyak.

Meski demikia, pasar juga menyoroti sejumlah gejolak dari AS. Investor khawatir jika kebijakan tarif yang terus dikeluarkan negara tersebut akan memicu perang dagang yang dapat mengganggu perekonomian global.

Kebijakan tarif 25% untuk baja dan aluminium impor dinilai berpotensi tak hanya menekan industri terkait namun juga mengurangi penggunaan energi sehingga permintaan minyak bisa melemah, khususnya dari industri baja dan aluminium global.

Federal Reserve (The Fed) juga menjadi sorotan setelah memberikan sinyal bahwa pihaknya tak akan memotong suku bunga dalam waktu dekat menyusuk ekonomi dari AS.

Baca Juga: Wall Street Bergejolak, Pasar Ragukan Sinyal The Fed

Keputusan tersebut bisa menekan harga minyak karena berpotensi membuat dolar kuat, yang mana membuat minyak sukar dibeli oleh investor luar dari AS.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: