Gegara Tarif Trump, Eksportir China Perang Harga Demi Masuk Pasar Alternatif

Industri terpukul akibat ketegangan perang dagang yang terjadi akibat saling lempar kebijakan tarif yang dilakukan oleh China dan Amerika Serikat (AS). Kini, banyak pihak termasuk industri dari negara terkait berlomba mencari pasar alternatif.
Sales Officer Produsen Aluminium dari China, Jeremy Fang mengungkapkan bahwa pihaknya mesti bersaing secara ketat dengan produsen lainnya untuk mencari pasar alternatif di Asia, Afrika, dan Amerika Latin.
Baca Juga: BNI Xpora Bantu UKM Tembus Pasar Global, Bananania Ekspor ke Kanada
Ia mengungkapkan bahwa perang dagang memaksa industri untuk tak hanya mencari pasar baru namun juga bersaing dalam pasar tersebut dengan berbagai strategi mulai dari menurunkan harga hingga menerima margin keuntungan yang lebih rendah.
"Ini hanya akan menjadi perlombaan yang gila. Kue ini ukurannya tetap, sementara kita semua berebut bagian, sehingga persaingan akan semakin sengit," katanya, dilansir dari Reuters, Jumat (14/2).
Adapun Kebutuhan Sekolah dan Barang Elektrobik, Dave Fong mengungkapkan bahwa pihaknya dipaksa untuk bergerak cepat guna bersaing dalam pasar barunya di Eropa dan Asia. Ia bahkan sampai meningkatkan investasi dalam periklanan dan pengembangan bisnis hingga 30-40%.
"Dari satu ide hingga produksi massal, semuanya berlangsung sangat cepat," ungkap Dave.
Namun tak semua pengusaha memiliki kemampuan untuk bersaing dalam pasar baru. Pengusaha Dekorasi Natal, Richard Chen misalnya yang mengeluhkan bahwa dirinya bahkan menjalankan produksi dengan margin keuntungan yang sangat minim.
Ia mengatakan bahwa pasar baru terkadang tak memiliki kemampuan beli yang sama dengan pasar sebelumnya, misalnya di AS.
"Kami mencoba masuk ke Polandia, tetapi mereka tidak membeli barang seperti pelanggan di AS. Ini adalah masa terburuk yang pernah kami alami," tuturnya.
Perang dagang yang terjadi akibat saling lempar kebijakan tarif ini telah memaksa banyak industri untuk mencari pasar alternatif secara bersamaan. Masalah timbul ketika pasar-pasar tersebut tak memiliki daya beli yang serupa dengan AS.
Daya beli yang kurang hingga pasar alternatif yang terbatas membuat eksportir turut melakukan perang harga yang akhirnya mengikis margin keuntungan mereka, dan berpotensi memicu reaksi politik dari negara-negara tujuan ekspor baru tersebut.
Baca Juga: BNI Xpora Dukung Produsen Tempe Asal Bogor Tembus Ekspor ke 10 Negara
China diketahui telah lama mendapatkan hambatan perdagangan dengan naiknya sejumlah tarif untuk barang dari negara tersebut seperti yang dilakukan oleh India, Indonesia hingga Uni Eropa.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement