Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bursa Eropa Loyo, Pasar Soroti Dinamika Ekonomi hingga Kebijakan Tarif Impor dari AS

Bursa Eropa Loyo, Pasar Soroti Dinamika Ekonomi hingga Kebijakan Tarif Impor dari AS Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bursa Eropa mengalami koreksi dalam perdagangan di Kamis (20/2). Pasar kecewa dengan kinerja sejumlah perusahaan besar hingga menyoroti perkembangan kebijakan tarif impor dari Amerika Serikat (AS).

Dilansir dari CNBC International, Jumat (21/2) berikut ini adalah catatan pergerakan sejumlah indeks utama dalam Bursa Eropa. Beberapa indeks tercatat mengalami koreksi yang cukup signifikan:

  • Stoxx 600: Turun 0,2% ke 551,01.
  • FTSE 100 (Inggris): Merosot 0,57% menjadi 8.662,97,
  • DAX (Jerman): Turun 0,53% ke 22.314,65.
  • CAC 40 (Prancis): Naik tipis 0,15% ke 8.122,58.
  • IBEX 35 (Spanyol): Menguat 0,29% ke 12.967,1.

Pasar menyoroti turunya laporan keuangan perusahaan besar seperti Accor, Renault, Mercedes-Benz, Leonardo, hingga Airbus. Turunnya laporan keuangan perusahaan-perusahaan terkait dikhawatirkan menjadi sinyal melemahnya ekonomi dari Eropa.

Di sisi lain, investor juga menyoroti perkembangan politik dari Jerman. Ekonom Eropa Capital Economics, Franziska Palmas mengatakan politik negara tersebut bisa membuat domino efek terhadap dinamika ekonomi dalam kawasan dari Euro.

"Kejutan besar dapat memicu reaksi di pasar keuangan, mengingat hal ini dapat mengubah persepsi investor terhadap dukungan bagi partai-partai euroskeptis di Jerman, dan pada akhirnya di seluruh Uni Eropa," ungkapnya.

Adapun pasar juga menyoroti ancaman terbaru soal kebijakan tarif dari Presiden AS, Donald Trump. Ia baru-baru ini mengancam akan mengenakan tarif terhadap produk hutan menyusul ancaman tarif impor kepada komoditas lainnya yakni otomotif, semikonduktor, dan farmasi.

Baca Juga: Uni Eropa Gelontorkan €920 Juta untuk Raksasa Semikonduktor Jerman

Trump mengatakan bahwa tarif ini bisa mulai diterapkan pada 2 April 2025. Meski demikian, ia belum mengungkap apakah kebijakan ini akan menyasar negara tertentu atau berlaku secara luas.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: