Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Soroti Inflasi dan Dampak Kebijakan Trump, Sinyal Terbaru Arah Suku Bunga dari The Fed

Soroti Inflasi dan Dampak Kebijakan Trump, Sinyal Terbaru Arah Suku Bunga dari The Fed Kredit Foto: Reuters/Eduardo Munoz
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pejabat Federal Reserve (The Fed) menyuarakan kekhawatirannya terkait dengan risiko inflasi serta menguatkan ketidakpastian ekonomi akibat sejumlah langkah proteksionis yang diambil oleh Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump.

Dilansir dari Reuters, Jumat (21/2), bank sentral khawatir dengan sinyal efek yang ditimbulkan oleh berbagai kebijakan, mulai dari perdagangan, imigrasi, hingga kebijakan tarif impor yang membuat ruang untuk memotong suku bunga cukup sempit bagi The Fed.

Baca Juga: Sasar Asia Tenggara, Tarif Impor Trump Bisa Picu Gelombang PHK

Gubernur Federal Reserve, Adriana Kugler baru-baru ini mengatakan bahwa sinyal melambatnya inflasi  dapat membuka jalan bagi pemangkasan suku bunga lebih lanjut. Namun, kondisi saat ini lebih tepat untuk mempertahankan suku bunga tetap stabil tanpa memberikan indikasi kapan atau apakah pemangkasan akan dilakukan.

"Saya menilai bahwa untuk ke depannya, mempertahankan suku bunga acuan tetap stabil dalam beberapa waktu adalah langkah yang tepat, mengingat berbagai risiko yang kita hadapi saat ini," kata Adriana Kugler.

Kugler menyatakan bahwa inflasi masih memiliki jalan yang cukup panjang sebelum mencapai target 2%. Meski pasar tenaga kerja tetap sehat dan risiko pelemahannya telah berkurang, risiko kenaikan inflasi tetap ada menyusul ketidakpastian akibat langkah dari Trump.

Sementara Presiden The Fed Atlanta, Raphael Bostic menyatakan bahwa dirinya memprediksi bahwa pemangkasan suku bunga sebesar dua kali masing-masing 25 basis poin di 2025. Meski demikian, ia menekankan besarnya ketidakpastian yang signifikan terkait proyeksi tersebut.

"Masih banyak hal yang bisa terjadi yang dapat mempengaruhi arah kebijakan ini," kata Bostic.

Bostic menambahkan bahwa ia tidak melihat adanya lonjakan inflasi baru di AS. Ia jugamencatat bahwa tingkat pengangguran yang masih rendah karena masih dalam kisaran 4%. Ini menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja tetap kuat.

Namun, ada optimisme sekaligus kekhawatiran luas dalam kalangan pelaku bisnis mengenai dampak kebijakan tarif impor, aturan imigrasi, dan perubahan regulasi terhadap prospek ekonomi.

"Secara umum, para pelaku bisnis khawatir bahwa tarif dapat meningkatkan biaya. Banyak yang merasa yakin bahwa jika itu terjadi, mereka terpaksa harus meneruskan biaya yang lebih tinggi ke harga produk mereka," " kata Bostic.

Inflasi terbukti lebih sulit dikendalikan dari yang diperkirakan sebelumnya, dengan lajunya yang masih fluktuatif. Indeks harga konsumen (CPI) naik 3% secara tahunan pada Januari 2025.

Baca Juga: Trump Bikin Dolar Loyo, Investor Soroti Rencana Tarif Impor Baru di AS

The Fed mempertahankan suku bunga acuannya dalam kisaran 4,25%-4,50% dan diperkirakan akan tetap bertahan pada pertemuan berikutnya di 18-19 Maret. Para pejabat ingin melihat lebih banyak kejelasan mengenai bagaimana kebijakan baru pemerintahan Trump akan berdampak pada perekonomian.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: