- Home
- /
- Kabar Finansial
- /
- Bursa
IPOT Rekomendasikan Investor Lirik 4 Saham Ini di Tengah Sentimen Positif Ramadan
Kredit Foto: Antara/Aditya Pradana Putra
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di level 6.803 pada perdagangan Jumat (21/2), naik 2,5% dibanding pekan sebelumnya. Menariknya, meskipun IHSG menguat, dana asing justru keluar dari pasar reguler dengan outflow mencapai Rp1,1 triliun.
Secara teknikal, meskipun mengalami kenaikan, IHSG masih belum berhasil menembus area MA20 dan support krusial di level 6.500-6.600. Area ini menjadi perhatian pelaku pasar karena telah diuji berkali-kali dan bertahan sejak 2022.
Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), David Kurniawan menjelaskan penguatan IHSG pada pekan lalu tertopang sejumlah sentimen global dan domestik. Dari global ada sentimen harga emas dan batu bara. David menjelaskan emas mulai menyentuh area all time high dengan kenaikan 46.6% setahun terakhir.
Hal ini disebabkan karena tingginya demand dan aktivitas trading di China yang mencapai rekor tertinggi sepanjang sejarah tahun lalu di tengah resiko perlambatan ekonomi dan kebijakan tarif US. Goldman memperkirakan harga emas dapat mencapai level $3,100/ounce tahun ini.
Baca Juga: Kondisi IHSG Pagi Ini Jelang Peluncuran Danantara, Tangguh atau Lesu?
Sementara itu, harga batu bara Newcastle jatuh ke $102 per ton pada bulan Februari atau terendah dalam hampir empat tahun, karena kelebihan pasokan atau lebih besar daripada permintaan yang kuat dari konsumen utama.
"Tiongkok mengumumkan bahwa produksi batu bara akan meningkat 1,5% menjadi 4,82 miliar ton pada tahun 2025. Selain itu, produksi Indonesia naik ke rekor tertinggi 836 juta ton pada tahun 2024, 18% di atas targetnya, sementara peningkatan investasi negara tersebut dalam sumber daya listrik alternatif membatasi prospek permintaan batu bara," katanya.
David menyebutkan, 2 sentimen domestik yang mempengaruhi market pekan lalu, yakni suku bunga Bank Indonesia dan neraca dagang Indonesia. Suku bunga Bank Indonesia mengumumkan suku bunga kebijakan BI7DRR yang telah diprediksi oleh mayoritas analis akan ditahan pada level tetap 5.75%.
Keputusan untuk menahan suku bunga diperkirakan didasarkan pada berbagai faktor, termasuk kondisi inflasi yang masih terkendali dalam kisaran target BI, stabilitas nilai tukar rupiah, serta langkah antisipatif terhadap kebijakan moneter global, terutama dari Federal Reserve (The Fed).
Baca Juga: Bursa Eropa Menggeliat, Pasar Waspada Kebijakan dari Trump
Selanjutnya terkait sentimen neraca dagang Indonesia, neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2025 mencatatkan surplus sebesar US$3,45 miliar atau melanjutkan tren positif yang telah berlangsung dalam beberapa bulan terakhir. Surplus ini didorong oleh kinerja ekspor yang tetap kuat, terutama dari sektor komoditas unggulan seperti batu bara, minyak kelapa sawit (CPO) dan produk manufaktur.
Berbicara tentang potensi market pada 24-28 Februari 2025 atau pekan jelang Ramadan, David meminta pelaku pasar saham untuk mencermati 2 sentimen agar tetap bisa mendulang cuan, yakni foreign inflow dan consumer confidence.
David menjelaskan pergerakan investor asing ke depan akan sangat menarik diperhatikan, dimana terlihat setelah BI memutuskan untuk menahan suku bunga, penjualan investor asing tidak mereda. Namun jika melihat data seasonality 10 tahun terakhir, IHSG cenderung bergerak positif di bulan Februari.
Adapun mengenai sentimen consumer confidence, dalam waktu dekat akan rilis data Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK). Jika flashback dikit ke belakang keyakinan, konsumen Indonesia turun tipis menjadi 127,2 pada bulan Januari 2025 dari level tertinggi delapan bulan pada bulan Desember sebesar 127,7.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Belinda Safitri
Editor: Belinda Safitri
Advertisement