Perjalanan Panjang Susu Bendera, dari Koperasi Peternak Sapi di Belanda hingga Sukses Dikira Produk Asli Indonesia

Susu Bendera menjadi salah satu produk kuliner yang sangat dikenal masyarakat Indonesia. Bahkan, banyak masyarakat yang mengira bahwa merek ini merupakan asli Indonesia. Padahal, cikal bakal merek ini sudah ada sebelum Indonesia merdeka.
PT Frisian Flag Indonesia, yang lebih dikenal dengan nama Susu Bendera, memiliki sejarah panjang yang bermula dari perkembangan koperasi peternak sapi perah di Belanda pada tahun 1870-an.
Pada masa itu, para peternak di Belanda bekerja sama dengan pihak bisnis lokal untuk menjaga penjualan susu sapi dan meningkatkan kekuatan pasar. Pada tahun 1913, sekitar 30 koperasi mendirikan perusahaan sendiri di Leeuwarden, Belanda, dengan nama De Cooperative Condensfabrick Friesland (CCF) atau Pabrik Susu Kental Manis Friesland.
Tujuan utama pendirian CCF adalah memproses susu yang dihasilkan peternak dengan metode penguapan dan memasarkannya secara lokal maupun internasional. Inisiatif itu pun benar-benar bekerja. Pada tahun pertama setelah pabrik didirikan, CCF mulai mengekspor produk susu kental mereka ke seluruh Eropa.
Merek dagang Friesche Vlag terdaftar sebagai produk perusahaan, dengan unsur visual dan nama yang diambil dari bendera di daerah Friesland, Belanda Utara. Pada tahun 1919, setelah Perang Dunia I usai, Frisian Flag, bersama dengan Dutch Lady dan Bonnet Rouge, didaftarkan oleh CCF untuk memasarkan produk mereka di luar Eropa.
Frisian Flag pertama kali muncul di Indonesia pada tahun 1922, yaitu ketika produk susu Friesche Vlag diimpor melalui Cooperative Condens-Fabriek. Sekitar tahun 1930-an, produk Frisian Flag dan Friesche Vlag mulai dipromosikan dengan nama Soesoe Tjap Bendera untuk memudahkan pelafalan oleh masyarakat Indonesia.
Nama "Susu Bendera" lebih melekat di telinga masyarakat Indonesia karena saat itu produk Frisian Flag masih bernama Friesche Vlag, yang sangat kental dengan nuansa Belanda. Logo Frisian Flag pun menekankan pada gambar bendera, yang semakin menegaskan nama Susu Bendera. Iklan-iklan yang dibuat oleh Frisian Flag Indonesia pada masa itu lalu lebih menonjolkan pada nama Susu Bendera, dengan jingle "susu saya Susu Bendera" yang sangat terkenal.
Bisnis ini juga tidak terlepas dari masalah politik. Pada tahun 1942, produk Frisian Flag dilarang masuk ke Indonesia oleh pemerintah Jepang, tetapi pada tahun 1950, Frisian Flag kembali memasuki pasar Indonesia.
Setelah itu, Susu Bendera semakin berkembang dari tahun ke tahun. Pada tahun 1967, CCF dan perusahaan lokal sepakat untuk memproduksi dan mendistribusikan produk Frisian Flag secara lokal di Indonesia. Pada tahun 1968, PT Friesche Vlag Indonesia (FVI) didirikan, dan pembangunan pabrik dimulai di Pasar Rebo, Jakarta Timur. Pabrik ini mulai beroperasi pada tahun 1971, memproduksi dan mendistribusikan susu kental manis secara lokal.
Pada tahun 1976, FVI mengambil alih PT Foremost Indonesia dan mendirikan pabrik di Ciracas, Jakarta Timur. Pada tahun 1979, pabrik Pasar Rebo mulai memproduksi susu bubuk, dan pada tahun 1986, susu bubuk instan diproduksi. Pada tahun 1991, pabrik Ciracas mulai memproduksi susu cair UHT.
Setelah 80 tahun dikenal dengan nama PT Friesche Vlag Indonesia (FVI), pada tahun 2002, perusahaan berganti nama menjadi PT Frisian Flag Indonesia. Pada tahun 2010, Frisian Flag memperkenalkan logo baru yang digunakan hingga saat ini, yang menegaskan nama Frisian Flag.
Hingga kini, PT Frisian Flag Indonesia terus berkomitmen menyediakan produk susu bernutrisi bagi keluarga Indonesia. Perusahaan ini mempekerjakan lebih dari 2.000 karyawan di seluruh Indonesia dan memiliki dua fasilitas produksi di Pasar Rebo dan Ciracas, Jakarta Timur.
Untuk meningkatkan kapasitas produksinya, PT Frisian Flag Indonesia (FFI) telah membangun pabrik baru di Cikarang yang mulai beroperasi pada pertengahan 2024. Pabrik ini memproses sekitar 400.000 kilogram susu segar setiap hari, menghasilkan total 700 juta kilogram produk susu per tahun.
Secara keseluruhan, pabrik ini memiliki potensi untuk memproduksi hingga 1 miliar kilogram produk susu setiap tahunnya. Rincian produksi tahunan meliputi 244 juta liter susu cair dan 456.000 ton susu kental manis. Investasi sebesar €257 juta atau setara Rp3,8 triliun telah dialokasikan untuk pembangunan pabrik ini, yang juga dirancang dengan teknologi modern dan ramah lingkungan.
Selain meningkatkan kapasitas produksi, beroperasinya pabrik baru ini diperkirakan meningkatkan penyerapan susu segar dari peternak lokal sebesar 130.000 ton per tahun. Hal ini memberikan peluang dan motivasi bagi peternak mitra di dalam negeri untuk terus meningkatkan pendapatan dan kesejahteraannya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement