Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Rupiah Menguat Sejak Awal Maret 2025, BI beberkan faktanya

Rupiah Menguat Sejak Awal Maret 2025, BI beberkan faktanya Kredit Foto: Antara/Reno Esnir
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bank Indonesia (BI) melaporkan bahwa sejak awal Maret 2025, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami penguatan signifikan.

Direktur Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas BI, R. Triwahyono, menyebut bahwa secara month to date (mtd), rupiah menjadi mata uang dengan penguatan tertinggi dibandingkan negara-negara lain yang setara atau peer countries.

"Jadi month to date itu kita dibandingkan dengan peer countries, itu nilai tukar kita yang paling menguat, jadi kita memang peringkat satu," ujar Triwahyono saat ditemui di Jakarta, Kamis (6/3/2025).

Baca Juga: Rupiah Menguat Atas Dolar AS Usai Danantara Diluncurkan

Triwahyono menjelaskan bahwa penguatan rupiah dipengaruhi oleh dinamika kebijakan tarif yang diterapkan Presiden AS, Donald Trump, terhadap Kanada, Meksiko, dan China. 

Menurutnya, kebijakan tersebut menciptakan ketidakpastian di pasar, yang pada akhirnya berdampak pada fluktuasi nilai tukar.

Awalnya, tarif baru direncanakan berlaku mulai Maret, tetapi Trump memutuskan untuk menghentikan sementara kebijakan tersebut. Perubahan ini menggeser sentimen pasar dan turut memengaruhi nilai tukar rupiah.

"Tapi tiba-tiba kemarin berubah lagi, dia stop lagi dan sebagainya. Inilah sesuatu yang akan kita hadapi setidaknya mungkin empat tahun ke depan," tutur Triwahyono.

Baca Juga: Rupiah Diyakini Bakal Perkasa Saat DHE 100% Disimpan di Dalam Negeri

Selain faktor global, Triwahyono menekankan bahwa faktor domestik juga berperan dalam penguatan rupiah. Sebelumnya, rupiah sempat mengalami tekanan akibat perubahan rekomendasi investasi yang dikeluarkan oleh Morgan Stanley Capital International (MSCI).

"Nah tadinya investasi di saham Indonesia dari MSCI itu neutral, tapi kemudian mereka mengubahnya menjadi underweight. Itulah yang menyebabkan tekanan dalam di pasar saham kita, ditambah dengan keluarnya investor asing dari pasar," ungkap Triwahyono.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Cita Auliana
Editor: Annisa Nurfitri

Advertisement

Bagikan Artikel: