Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Meski Dihantui Tarif, Minimnya Stok Amerika Serikat Bikin Harga Minyak Dunia Bangkit

Meski Dihantui Tarif, Minimnya Stok Amerika Serikat Bikin Harga Minyak Dunia Bangkit Kredit Foto: Kementerian ESDM
Warta Ekonomi, Jakarta -

Harga minyak mentah global mengalami kenaikan signifikan dalam perdagangan di Rabu (12/3). Pasar menyambut baik turunnya persediaan minyak yang dimiliki oleh Amerika Serikat (AS).

Dilansir dari Reuters, Kamis (13/3), Brent Crude naik 2% menjadi US$70,95 per barel. Sementara West Texas Intermediate (WTI) melonjak 2,2% ke US$67,68 per barel.

Baca Juga: Setelah Revisi UU Minerba, Wamenkop Yakin Akan Keluar Aturan Baru Koperasi Boleh Kelola Migas

Chief Investmen Officer (CIO) Bison Interests, Josh Young mengatakan bahwa pasar menyambut baik laporan terbaru dari Administrasi Informasi Energi Amerika Serikat (EIA). Laporan tersebut menunjukkan stok minyak yang lebih rendah dari ekspektasi pasar.

Stok minyak mentah tercatat hanya bertambah 1,4 juta barel dalam sepekan terakhir atau lebih kecil dari perkiraan pasar yang mencapai 2 juta barel. Stok bensin juga turun 5,7 juta barel atau jauh lebih besar dari ekspektasi pasar yang hanya 1,9 juta barel. Stok distilat juga menyusut lebih dari yang diperkirakan.

"Kenaikan stok minyak lebih kecil dari yang diantisipasi, sementara penurunan stok bensin dan diesel lebih besar dari perkiraan. Ini menandakan permintaan yang lebih kuat dan bisa mendorong harga minyak lebih tinggi," kata Josh Young.

Adapun Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) mempertahankan perkiraan pertumbuhan permintaan minyak global di 2025.

"Kekhawatiran perdagangan akan meningkatkan volatilitas karena kebijakan tarif terus berkembang. Namun, ekonomi global diperkirakan akan menyesuaikan diri," kata OPEC.

OPEC juga melaporkan peningkatan produksi sebesar 363.000 barel per hari (bpd) di Februari 2025. Hal tersebut didorong oleh lonjakan produksi yang belum sepenuhnya mematuhi kuota di Kazakhstan.

Di sisi lain, pasar terus menyoroti kebijakan tarif agresif yang terus dilakukan oleh Amerika Serikat. Diperkirakan hal tersebut akan meningkatkan biaya barang dalam beberapa bulan ke depan, yang berpotensi mengerek inflasi dan melemahkan kepercayaan konsumen.

Baca Juga: Perbaiki Tata Kelola Migas, Dirut Pertamina: Pertamina Terus Berkomitmen Layani Masyarakat

Pasar khawatir kebijakan perdagangan ini dapat meningkatkan volatilitas harga minyak, terutama jika ketegangan dagang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi global dan permintaan energi.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: