Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pasokan Belum Stabil, Harga Minyak Global Dibebani Ketidakpastian Perang Tarif

Pasokan Belum Stabil, Harga Minyak Global Dibebani Ketidakpastian Perang Tarif Kredit Foto: Djati Waluyo
Warta Ekonomi, Jakarta -

Harga minyak mentah global mengalami penurunan signifikan dalam perdagangan di Kamis (13/3). Pasar diliputi kekhawatiran yang besar menyusul sejumlah ketidakpastian akibat perang dagang hingga usulan gencatan senjata antara Rusia dan Ukraina.

Dilansir dari Reuters, Jumat (14/3), Brent Crude turun 1,5% menjadi US$69,88 per barel. Sementara West Texas Intermediate (WTI) Crude turun 1,7% menjadi US$66,55 per barel.

Baca Juga: Anggota DPR dari PDIP Buka Penghasilan Direksi Pertamina Mencapai Rp4 Miliar per Bulan, 'Lebih Besar dari Gaji Presiden Donald Trump'

Analis Pasar Price Futures Group, Phil Flynn mengatakan bahwa pasar tengah waspada menyusul sejumlah faktor ketidakpastian yang menekan sentimen positif untuk pasar minyak.

International Energy Agency (IEA) baru-baru ini melaporkan bahwa pasokan minyak global diprediksi melebihi permintaan sekitar 600.000 barel per hari tahun ini. Selain itu, pertumbuhan permintaan minyak dunia direvisi turun menjadi 1,03 juta barel per hari, lebih rendah 70.000 barel dibanding perkiraan sebelumnya.

Namun mata utama pasar tertuju kepada Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Ia mengancam menerapkan tarif 200% pada anggur, cognac, dan produk alkohol dari Uni Eropa (UE). Kebijakan ini berpotensi memperburuk perang dagang global, sehingga meningkatkan kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi dan penurunan permintaan energi.

"Ini menciptakan dinamika tarik-ulur. Apakah kita harus fokus pada fundamental pasokan dan permintaan yang masih terlihat bullish, ataukah kita lebih memperhatikan dampak tarif terhadap ekonomi global?" kata Flynn.

Adapun Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan bahwa pihaknya menyetujui usulan untuk menghentikan pertempuran, tetapi menegaskan bahwa gencatan senjata harus menghasilkan perdamaian permanen dengan Ukraina.

Baca Juga: Kasus BBM Oplosan Pertamina Sudah Minta Maaf, DPR: Itu Enggak Cukup, Ganti Rugi ke Konsumen

Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC+) juga melaporkan bahwa produksi minyak telah meningkat di Februari 2025. Meski kelompok ini berusaha menegakkan batas produksi, mereka juga berencana untuk mengurangi pemangkasan produksi secara bertahap. Hal tersebut dapat meningkatkan pasokan minyak di pasar.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: