Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Menyusul Ulah Trump, Wall Street Terancam Rontok Gegara Perang Dagang Global

Menyusul Ulah Trump, Wall Street Terancam Rontok Gegara Perang Dagang Global Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bursa Amerika Serikat (Wall Street) kembali anjlok dalam perdagangan di Jumat (4/4). Pasar terus dilanda kekhawatiran terhadap perang dagang global yang memicu aksi jual besar-besaran dan menghapus triliunan dolar dari Amerika Serikat (AS).

Dilansir dari Reuters, Senin (7/4), berikut ini adalah catatan pergerakan sejumlah indeks utama dari Wall Street. Semua indeks kompak membukukan pelemahan yang signifikan:

  • Nasdaq (IXIC): Anjlok 5,82% ke 15.587,79.
  • Dow Jones Industrial Average (DJIA): Turun 5,50% ke 38.314,86.
  • S&P 500 (SPX): Merosot 5,97% ke 5.074,08.

Kepala Strategi Interactive Brokers, Steve Sosnick mengatakan bahwa investor tengah berlomba-lomba melakukan aksi jual. Hal ini terjadi usai adanya kebijakan tarif hingga perang dagang yang ditimbul akibatnya dan mengacaukan ekonomi global.

“Saat ini, seberapa parah dampaknya tergantung pada seberapa ngotot pemerintah menjalankan kebijakan ini—yang jelas-jelas ditolak oleh pasar,” kata Steve Sosnick.

AS nampaknya harus bersiap menghadapi kebijakan tarif balasan menyusul munculnya beragam reaksi dari mitra dagangnya. China misalnya telah mengumumkan balasan berupa tarif tambahan sebesar 34% terhadap semua barang dari negara tersebut di 10 April 2025.

Perdana Menteri Inggris, Australia, dan Italia juga dilaporkan tengah berdiskusi untuk merespons kebijakan tarif dari AS. Hal ini menambah peluang resesi global di 2025.

Baca Juga: Makin Panas! Saham Global Rontok Usai China Balas Dendam atas Kebijakan Tarif Trump

Adapun Ketua Federal Reserve Jerome Powell akhirnya angkat bicara untuk pertama kalinya sejak pengumuman tarif. Ia menyatakan bahwa tarif yang lebih besar dari perkiraan dapat menyebabkan inflasi meningkat dan pertumbuhan ekonomi melambat, sehingga menciptakan tantangan baru bagi kebijakan moneter AS.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: