
Pemerintahan mantan Presiden Donald Trump menegaskan akan memberlakukan tarif balasan (reciprocal tariffs) pada pekan ini, di tengah kekhawatiran pasar atas potensi resesi yang dipicu kebijakan tersebut. Pernyataan ini disampaikan oleh Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, mengutip CNB News, Senin (7/4/2025).
“Tarif itu akan diberlakukan. Dia (Trump) sudah mengumumkannya, dan dia tidak main-main,” kata Lutnick menegaskan.
Pekan lalu, Trump mengumumkan tarif sebesar 10 persen untuk seluruh produk impor dari berbagai negara, serta menaikkan tarif terhadap puluhan negara yang memberlakukan pajak ekspor tinggi terhadap produk Amerika Serikat. Kebijakan ini dijadwalkan berlaku dalam beberapa hari ke depan.
Baca Juga: Menyusul Ulah Trump, Wall Street Terancam Rontok Gegara Perang Dagang Global
Sontak, pasar keuangan bereaksi negatif. Sepanjang pekan lalu, bursa saham AS mencatatkan kinerja terburuk sejak awal pandemi COVID-19, di tengah kekhawatiran pelaku pasar atas meningkatnya tensi dagang dan potensi perlambatan ekonomi global.
Meski begitu, Trump tetap mendorong masyarakat untuk “bertahan dan bersikap tegar.” Ia menyebut kebijakan ini sebagai bagian dari langkah jangka panjang untuk memulihkan kekuatan industri domestik.
Lutnick juga menyebut tarif baru ini sebagai isu keamanan nasional. Ia menyoroti lemahnya industri manufaktur AS dalam sektor strategis seperti obat-obatan, kapal laut, dan semikonduktor. “Kita harus mulai melindungi diri kita sendiri,” tegasnya.
Berbeda dengan kebijakan sebelumnya yang sempat ditunda saat bernegosiasi dengan Kanada dan Meksiko, kali ini, Lutnick memastikan tidak akan ada penundaan. “Presiden sudah sangat jelas—ini adalah kebijakan,” katanya.
Baca Juga: Uni Eropa Siapkan Tarif Balasan untuk Trump: Incar Tisu Toilet hingga Bourbon AS
Ia mengakui bahwa kebijakan ini merupakan perubahan besar. Namun, Lutnick menilai langkah Trump sebagai bentuk perlawanan terhadap praktik perdagangan global yang dianggap merugikan Amerika Serikat selama ini.
“Ini adalah saatnya Amerika Serikat mengambil kendali atas dirinya sendiri, dan Donald Trump sudah berbicara soal ini sepanjang hidupnya,” ujar Lutnick. “Ini adalah agenda Donald Trump, dan kami semua di sini untuk membantunya mewujudkannya.”
Senator Partai Republik asal Wyoming, John Barrasso, yang juga hadir dalam program tersebut, menyebut kebijakan tarif ini sebagai bagian dari perubahan besar dalam arah kebijakan ekonomi pemerintah AS. Ia menyatakan bahwa Partai Republik tengah mendorong legislasi untuk mengaktifkan agenda Trump, termasuk memperpanjang pemotongan pajak yang diberlakukan pada 2017.
“Kami memiliki rencana ekonomi menyeluruh demi mewujudkan ekonomi yang kuat, sehat, dan tumbuh untuk rakyat Amerika,” kata Barrasso, menyebut tarif sebagai salah satu “alat” dalam strategi ekonomi tersebut.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait:
Advertisement