Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Duh! Laba Bank Ina (BINA) Milik Salim Group Anjlok 60%, tapi Pendapatan Bunga Masih Tumbuh

Duh! Laba Bank Ina (BINA) Milik Salim Group Anjlok 60%, tapi Pendapatan Bunga Masih Tumbuh Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT Bank Ina Perdana Tbk (BINA), bank yang berada di bawah naungan perusahaan konglomerasi Salim Group, menutup tahun 2024 dengan penurunan tajam pada laba bersih. Laba tahun berjalannya tercatat hanya Rp81,84 miliar, merosot 60,62% dibandingkan capaian tahun sebelumnya sebesar Rp207,87 miliar. Dampaknya juga terlihat pada laba per saham dasar yang turun menjadi Rp13,34 dari sebelumnya Rp33,89.

Meskipun begitu, dari sisi pendapatan bunga, BINA tetap mencatatkan pertumbuhan yang cukup positif. Total pendapatan bunga sepanjang tahun 2024 mencapai Rp1,88 triliun, naik 9,44% dari Rp1,72 triliun pada 2023.

Baca Juga: Bank INA Resmi Jadi Bank Kustodian, Siap Perkuat Peran di Pasar Modal

Namun, kenaikan ini juga diikuti oleh lonjakan beban bunga menjadi Rp1,17 triliun dari Rp1,01 triliun. Dengan demikian, pendapatan bunga bersih yang berhasil dibukukan mencapai Rp713,06 miliar, sedikit meningkat dari Rp709,97 miliar.

Sayangnya, tekanan terjadi pada komponen pendapatan dan beban operasional lainnya. Pendapatan operasional lainnya turun menjadi Rp48,08 miliar dari Rp59,23 miliar, sedangkan beban operasional lainnya melonjak drastis menjadi Rp653,68 miliar dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp501,68 miliar. Beban pajak yang tercatat pun lebih ringan di 2024 sebesar Rp25,61 miliar, turun dari Rp59,65 miliar.

Dari sisi neraca, posisi keuangan BINA tetap stabil meskipun tidak menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Total aset hingga 31 Desember 2024 tercatat sebesar Rp24,43 triliun, sedikit meningkat dari Rp24,38 triliun di akhir 2023.

Baca Juga: Sucorinvest Gandeng Bank INA, Perluas Akses Investasi Reksa Dana

Liabilitas perusahaan tetap berada di level Rp20,82 triliun, tidak mengalami perubahan dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu, ekuitas mencatat kenaikan tipis menjadi Rp3,61 triliun dari Rp3,55 triliun.

Meski laba melorot tajam, pertumbuhan pendapatan bunga dan stabilitas aset bisa menjadi pondasi untuk kinerja yang lebih baik di masa mendatang, asalkan efisiensi biaya operasional dapat diperbaiki.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Belinda Safitri
Editor: Belinda Safitri

Advertisement

Bagikan Artikel: