Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Efek Domino Tarif Trump, Industri Sawit Diminta Siap Hadapi Proteksionisme Global

Efek Domino Tarif Trump, Industri Sawit Diminta Siap Hadapi Proteksionisme Global Kredit Foto: Boyke P. Siregar
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kebijakan tarif resiprokal sebesar 32 persen yang diberlakukan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump terhadap produk minyak nabati, termasuk minyak sawit, menuai tanggapan dari Masyarakat Perkelapasawitan Indonesia (MAKSI).

Ketua Umum MAKSI, Darmono Taniwiryono, menyebut kebijakan ini sebagai tantangan sekaligus peluang untuk memperkuat industri sawit nasional.

"Memang, kebijakan tersebut bisa dikategorikan sebagai hambatan perdagangan non-tarif yang berpotensi mempengaruhi daya saing produk sawit Indonesia di pasar global, khususnya di Amerika Serikat," kata Darmono kepada Warta Ekonomi, Rabu (9/4/2025).

Namun, ia menilai dampaknya tidak terlalu signifikan dari sisi volume, mengingat pasar utama ekspor sawit Indonesia berada di Asia, Eropa, dan Afrika.

Baca Juga: Ormas Ancam Pengusaha Sawit! Pabrik Disegel, Investasi Terancam

Meski demikian, Darmono menekankan pentingnya kewaspadaan terhadap potensi efek domino.

"Kami waspada jika negara lain mengikuti langkah serupa, apalagi bila kebijakan ini mencakup produk turunan seperti olein, biodiesel, dan oleokimia yang merupakan komoditas ekspor bernilai tambah tinggi bagi Indonesia," ujarnya.

Sebagai respons atas hal tersebut, pihaknya telah berkoordinasi dengan sejumlah asosiasi dan mendorong dialog bersama Kementerian Perdagangan (Kemendag) serta Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) untuk menyusun langkah diplomatik yang strategis. 

PTak hanya itu, MAKSI juga mendukung upaya pemerintah memperjuangkan keadilan perdagangan melalui forum WTO dan kerja sama bilateral.

Di sisi industri, MAKSI mendorong diversifikasi pasar dan penguatan pasar domestik agar ketergantungan terhadap satu kawasan dapat diminimalkan. Darmono juga menekankan pentingnya memperkuat sektor hulu melalui peningkatan produktivitas perkebunan sawit rakyat dan pelibatan petani dalam rantai nilai industri.

"Sebagai produsen sawit terbesar di dunia, Indonesia harus peka terhadap penurunan produktivitas minyak sawit global dalam lima tahun terakhir, salah satunya akibat serangan Ganoderma," jelas Darmono.

Baca Juga: Perkebunan Sawit Bukan Penyebab Terjadinya Pemanasan Global

Baca Juga: Mengenal Minyak Sawit, Minyak Nabati Paling Produktif di Dunia

MAKSI berharap langkah-langkah yang diambil dapat mengantisipasi dampak kebijakan tersebut sekaligus memperkokoh daya tahan industri sawit nasional dalam jangka panjang.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Annisa Nurfitri

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: