Kredit Foto: Flickr/European Parliament
Bursa Eropa kembali terguncang dalam perdagangan di Rabu (9/4). Investor kembali panik menyusul memanasnya perang dagang dari China-Amerika Serikat (AS).
Dilansir dari Reuters, Kamis (10/4), Indeks Stoxx 600 anjlok 3,5% ke 469,89. Bursa terseret kekhawatiran pasar atas dampak luas dari perang dagang yang kian memburuk.
Baca Juga: Diprediksi Bebas Resesi, Investor Bursa Eropa Soroti Efek Tarif AS
Kepala Riset TS Lombard, Andrea Cicione mengatakan bahwa pasar menyoroti perang tarif dari China-AS. China mengumumkan tarif balasan sebesar 84% terhadap barang-barang asal AS. Hal tersebut sebagai respon atas tarif 104% yang mulai diberlakukan terhadap produk asal China.
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump juga mematik ketegangan dengan ancamannya yang akan memberlakukan tarif baru bagi sektor farmasi.
"Tidak ada kemajuan berarti dalam negosiasi soal tarif balasan ini. China tidak mungkin akan mundur soal tarif," ujar Cicione.
Uni Eropa juga menyatakan akan memberlakukan tarif sebesar 25% terhadap sejumlah produk asal AS. Hal tersebut akan datang dalam putaran pertama tindakan balasan terhadap kebijakan tarif spesifik negara yang diluncurkan AS.
"Pasar mungkin akan sedikit lega jika negosiasi ini menghasilkan kesepakatan, tapi hingga itu terjadi, sulit untuk lebih optimis karena risiko resesi semakin tinggi," ungkap Cicione.
Sementara itu, pasar nyaris tidak bereaksi terhadap kabar adanya kepastian politik dari Partai Konservatif Jerman. Kelompok tersebut akhirnya mencapai kesepakatan koalisi dengan tetap menjanjikan serangkaian kebijakan fiskal untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi.
"Dampak negatif dari resesi, setidaknya dalam jangka pendek, akan jauh melebihi manfaat dari peningkatan belanja fiskal di Jerman," tegas Cicione.
Di tengah memburuknya prospek ekonomi, para pelaku pasar kini sepenuhnya memperkirakan pemangkasan suku bunga akan diambil oleh Bank Sentral Eropa (ECB).
Baca Juga: ECB: Uni Eropa 'Dibangunkan' Tarif Trump
ECB sebelumnya juga menyatakan kesiapan untuk menjaga stabilitas keuangan jika gejolak pasar terus berlanjut, sambil mengakui meningkatnya risiko terhadap pertumbuhan kawasan euro.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement