Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Sri Mulyani Pamer Coretax, Penerimaan Pajak Maret Tembus Langit Meski Ada Perang Dagang

Sri Mulyani Pamer Coretax, Penerimaan Pajak Maret Tembus Langit Meski Ada Perang Dagang Kredit Foto: Youtube Kemenkeu
Warta Ekonomi, Jakarta -

Di tengah ketidakpastian global akibat perang tarif antara Amerika Serikat dan Tiongkok, penerimaan pajak Indonesia justru mencatat pemulihan signifikan.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan bahwa realisasi penerimaan pajak hingga Maret 2025 mencapai Rp322,6 triliun atau 16,1% dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Kinerja ini diperkuat lonjakan tajam pada Maret yang mencapai Rp134,8 triliun.

Ia menyatakan bahwa rebound penerimaan pajak ini menjadi hasil nyata dari program reformasi perpajakan yang dijalankan secara konsisten, terutama melalui implementasi Coretax.

“Telah terjadi pembalikan tren penerimaan pajak menjadi positif, dengan kontribusi besar pada bulan Maret yang menyumbang 41,8% dari total realisasi triwulan pertama. (Peningkatan penerimaan pajak) ini ditopang oleh berbagai program reformasi perpajakan untuk perbaikan administrasi, dan implementasi Coretax,” ujar Sri Mulyani, dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Kamis (24/4/2025). 

Baca Juga: IMF Prediksi RI Tumbuh 4,7%, Sri Mulyani Kekeuh Bisa Sampai 5%

Ia mengapresiasi bahwa peningkatan tersebut terjadi meski tekanan global terus meningkat akibat kebijakan tarif resiprokal oleh Amerika Serikat, yang berdampak pada arus modal, nilai tukar, dan rantai pasok global.

Sri Mulyani menegaskan bahwa kinerja positif penerimaan pajak menjadi penopang utama ketahanan APBN. Ia mencatat defisit anggaran tetap terkendali di level 0,43% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), atau setara Rp104,2 triliun.

Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pajak telah menjalankan reformasi struktural dengan digitalisasi administrasi, perluasan basis pajak, serta penguatan kepatuhan dan pengawasan.

Langkah-langkah ini tidak hanya meningkatkan penerimaan, tetapi juga memperbaiki kualitas data perpajakan yang lebih akurat dan andal sebagai dasar kebijakan fiskal jangka panjang.

“Momentum ini penting untuk kita jaga, karena selain mendukung pembiayaan pembangunan, peningkatan penerimaan perpajakan juga menunjukkan perbaikan kepatuhan dan kepercayaan wajib pajak terhadap sistem yang makin transparan dan modern,” imbuhnya.

Baca Juga: Penerimaan Pajak Awal 2025 Merosot, Anak Buah Prabowo Bongkar Biang Keroknya

Menghadapi dampak global, Sri Mulyani menegaskan bahwa koordinasi lintas otoritas terus diperkuat. Ia menyebut bahwa nilai tukar rupiah tetap terkendali berkat respons cepat Bank Indonesia, sementara inflasi masih dalam rentang sasaran.

Stabilitas APBN dan kinerja penerimaan pajak turut memperkuat kepercayaan pasar terhadap ekonomi Indonesia. Hal ini tercermin dari meningkatnya kepemilikan investor non-residen pada Surat Berharga Negara (SBN), meskipun pasar keuangan global tengah dilanda volatilitas.

Dengan sinyal positif dari belanja pemerintah, investasi swasta, dan ekspor nonmigas, Sri Mulyani menyatakan bahwa pemerintah tetap optimistis terhadap pertumbuhan ekonomi nasional yang diperkirakan berada di kisaran 5% pada 2025.

“Dalam situasi global yang bergejolak, stabilitas sistem keuangan domestik tetap terjaga dan reformasi perpajakan menjadi salah satu fondasi utamanya,” pungkasnya.

 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Annisa Nurfitri

Advertisement

Bagikan Artikel: