
Produksi sejumlah komoditas mineral utama Indonesia mengalami penurunan tajam dalam dua tahun terakhir. Hal ini disampaikan Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Tri Winarno, dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi VII DPR RI, Jakarta, Rabu (30/4/2025).
"Realisasi dari produksi mineral tahun 2023–2024, maka nikel sekitar 176 dan sekitar itu, terus kemudian bauksit 9,8 ini sudah washed ya, dan realisasi di tahun 2024 8, kemudian timah drop dari tahun 2023 ke 2024, tembaga relatif turun, kemudian emas turun, besi cukup hampir sama, dan galena sama," ucapnya.
Khusus bauksit, ia menjelaskan produksi tertinggi tercapai pada 2022 sebesar 31,8 juta ton. Namun, produksi anjlok menjadi 19 juta ton pada 2023 dan kembali turun ke 16,8 juta ton pada 2024.
Baca Juga: Bahlil Siap Bertemu Menteri ESDM Arab Saudi, Bahas Kerja Sama Mineral Kritis
"Kemudian yang tahun 2023 turun menjadi 19 juta ton, kenapa? Karena pelarangan (ekspor) pada bulan Juni tahun 2023, dan tahun 2024 (produksinya) menjadi 16,8 (juta ton)," tambahnya.
Ia menambahkan ada potensi kenaikan produksi bauksit pada 2025 seiring dengan mulai beroperasinya beberapa smelter, seperti Borneo Alumina Indonesia dan WHW Expansion.
Data Kementerian ESDM menunjukkan hampir semua komoditas mencatatkan penurunan produksi pada 2024 dibandingkan tahun sebelumnya. Nikel turun dari 176,9 juta ton menjadi 173,6 juta ton. Meskipun stabil, angka ini tetap mencerminkan tekanan pasar global serta dampak kebijakan hilirisasi nasional.
Baca Juga: Bahlil Tegaskan Pentingnya Kolaborasi dengan Arab Saudi dalam Pengelolaan Mineral
Penurunan paling signifikan terjadi pada timah dan emas. Produksi timah merosot 42%, dari 68,2 ribu ton menjadi 39,8 ribu ton. Produksi emas juga turun drastis dari 105 ton menjadi 60,8 ton atau sekitar 42%.
Produksi tembaga menurun 24%, dari 1,6 juta ton menjadi 1,2 juta ton. Galena juga mengalami penurunan sekitar 5%, dari 23,5 ribu ton menjadi 22,2 ribu ton.
Di tengah tren negatif tersebut, besi menjadi satu-satunya komoditas utama yang mencatatkan pertumbuhan produksi. Produksinya naik dari 1,11 juta ton pada 2023 menjadi 1,19 juta ton pada 2024.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait:
Advertisement