Kredit Foto: Youtube Sekretariat Presiden
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan Indonesia merespons cepat kebijakan tarif resiprokal yang diterapkan Amerika Serikat (AS) baru-baru ini.
Indonesia merespons dengan menyampaikan proposal konkret kepada Pemerintah AS, yang mengusung semangat kerja sama bilateral yang adil dan saling menguntungkan.
Baca Juga: Hadiri Hardiknas di Bogor Siang Ini, Prabowo Akan Luncurkan PHTC
Menko Airlangga menyampaikannya pada agenda “Investor Daily Roundtable: Trump’s Trade Trap?” yang diselenggarakan oleh B Universe di the Westin Jakarta, Rabu (30/04/2025).
“Indonesia merespons cepat. Kita berkirim surat kepada Pemerintah Amerika, baik itu ke USTR, ke US Commerce, bahkan terakhir kepada US Treasury. Dan reach out Indonesia ternyata direspon positif oleh Amerika. Sehingga Indonesia menjadi salah satu negara pertama yang diundang untuk dijadwalkan perbicaraan dengan Amerika,” tuturnya, dikutip dari siaran pers Kemenko Perekonomian, Jumat (2/5).
Menko Airlangga mengungkapkan bahwa sejak awal pengumuman kebijakan tersebut, Pemerintah telah melakukan komunikasi lintas negara dan memperkuat posisi ASEAN dalam menanggapi isu ini secara kolektif.
Indonesia secara aktif menjalin komunikasi dengan berbagai negara mitra strategis termasuk Malaysia, Singapura, Uni Eropa, Inggris, dan China, serta melakukan diplomasi intensif dengan pihak Amerika Serikat.
Pada kesempatan tersebut, Menko Airlangga juga menyebutkan bahwa Indonesia telah mengambil sejumlah langkah antisipatif, termasuk menyusun paket kebijakan dan membentuk satuan tugas khusus. Respons cepat Indonesia ini telah diapresiasi oleh AS dan memberikan Indonesia keuntungan sebagai early mover.
“Mereka sebutnya sebagai early mover. Nah tentu Indonesia sebagai early mover dan menyampaikan usulan yang relatif, comprehensive, diapresiasi oleh mereka. Indonesia membayangkan ada 72 negara yang akan negosiasi, dan 72 negara itu akan diselesaikan dalam 90 hari. Maka untuk bisa bersaing dengan negara lain, tentu kita harus ada specialty, sesuatu hal yang menarik bagi Amerika,” ungkap Menko Airlangga.
Indonesia menawarkan solusi menyeluruh dan seimbang yang disebut sebagai "comprehensive and fair proposal". Tawaran ini mencakup revitalisasi perjanjian dagang bilateral yang sebelumnya sudah pernah dibentuk, termasuk Trade and Investment Framework Agreement (TIFA) Indonesia-AS dan ASEAN-AS.
“Tidak hanya kita merespon kepada Amerika tetapi kita juga punya request kepada Amerika. Sehingga sifatnya tidak satu arah, tetapi dua arah, untuk kebaikan perekonomian bilateral. Indonesia mengusulkan langsung di situ sebuah format perjanjian,” kata Menko Airlangga.
Indonesia juga menekankan pentingnya diversifikasi pasar ekspor. Meski AS merupakan pasar ekspor terbesar kedua bagi Indonesia, Menko Airlangga menyatakan bahwa Eropa merupakan target pasar strategis berikutnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Editor: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Tag Terkait:
Advertisement