Panasnya Perang Dagang AS-China, Indonesia Bisa Jadi Pemain Utama Rantai Pasok Dunia
Kredit Foto: Antara/Media Center KTT ASEAN 2023/Sigid Kurniawan
Di tengah memanasnya perang tarif antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok, Indonesia dinilai memiliki peluang strategis untuk mengisi kekosongan dalam rantai pasok global.
Ketua Dewan Pengawas Indonesian Business Council (IBC), Arsjad Rasjid, melihat situasi global ini sebagai momentum kebangkitan Indonesia sebagai negara produsen.
“Dunia sedang butuh lokasi baru untuk produksi dan distribusi. Indonesia punya potensi besar karena kita tak hanya punya sumber daya alam, tapi juga SDM yang kuat,” ujar Arsjad dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (2/5/2025).
Baca Juga: Di Markas China, Menlu RI Bicara Blak-blakan Posisi Indonesia di Perang Dagang
Ketegangan dagang antara dua kekuatan ekonomi dunia itu semakin memuncak usai pemerintahan Presiden AS, Donald Trump, menetapkan tarif hingga 245 persen terhadap barang-barang impor asal Tiongkok.
Sebagai respons, Tiongkok membalas dengan memberlakukan tarif sebesar 125 persen untuk produk-produk asal AS serta mengambil langkah ekonomi lainnya, termasuk membatasi ekspor mineral penting dan mengajukan gugatan ke Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO).
Ketidakpastian yang ditimbulkan dari perang tarif ini telah mengubah arah perilaku investor global. Banyak di antaranya menarik modal dari pasar dan mengalihkannya ke aset yang dianggap lebih aman, seperti emas.
Baca Juga: Sisi Lain Perang Dagang AS-Tiongkok, Bos Danantara Justru Liat Sebagai Jalan Emas bagi RI!
Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) bahkan menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global menjadi hanya 2,8 persen pada 2025.
Kendati kondisi ini menekan ekonomi dunia, Arsjad justru melihat ruang manuver baru bagi Indonesia. Ia menilai negara-negara yang terdampak kini tengah mencari sumber pasokan alternatif, dan Indonesia berada pada posisi strategis untuk mengisi kekosongan tersebut.
“Ini soal kesiapan dan keberanian kita untuk mengambil peluang. Jangan hanya jadi penonton,” ujarnya.
Dengan keunggulan geografis, kekayaan sumber daya, serta populasi usia produktif yang besar, lanjut Arsjad, Indonesia memiliki peluang untuk menjadi titik sentral baru dalam peta manufaktur dan perdagangan global, asalkan mampu merespons dinamika global dengan cepat dan tepat.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait:
Advertisement