Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Sisi Lain Perang Dagang AS-Tiongkok, Bos Danantara Justru Liat Sebagai Jalan Emas bagi RI!

Sisi Lain Perang Dagang AS-Tiongkok, Bos Danantara Justru Liat Sebagai Jalan Emas bagi RI! Kredit Foto: Instagram/Pandu Sjahrir
Warta Ekonomi, Jakarta -

Chief Investment Officer Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara, Pandu Sjahrir, menilai eskalasi perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok dapat menjadi peluang strategis bagi Indonesia, di tengah dinamika global yang kian kompleks.

“Perang dagang itu efeknya ke semua. Tapi tadi malam Trump juga bilang elektronik tidak termasuk dalam tarif. In a way, ini hampir seperti kembali ke awal. Bagusnya, Trump juga akan berbicara dengan Presiden Xi. Itu langkah yang baik,” ujar Pandu, di Jakarta, Senin (14/4/2025). 

Menurutnya, sentimen positif atas potensi dialog tersebut langsung tercermin di pasar modal yang menguat hampir 1 persen. Di sisi lain, Pandu menilai kondisi ini menjadi momentum bagi Indonesia untuk memperkuat fondasi domestik.

Baca Juga: Perang Dagang Makin Panas, Trump Siapkan Investigasi Tarif Baru untuk Barang China

“Perang dagang secara keseluruhan malah membuat Indonesia banyak fokus ke diri sendiri. Ini bagus, seperti yang dilakukan Pak Presiden dengan fokus pada deregulasi dan investasi. In a way, ini blessing in disguise buat Indonesia,” tuturnya.

Pandu mengungkapkan, sejumlah investor besar di AS, baik dari pasar publik maupun privat, mulai melirik Indonesia sebagai alternatif yang stabil secara politik dan kebijakan.

“Mereka yang tanya saya, ini sebaiknya bagaimana? Mereka malah bilang Indonesia mungkin politiknya bersih, rapi, dan secara policy juga bagus. Kita fokus ke food security, energy security, bahkan Qatar pun semalam bilang ‘yuk kita bikin fund bareng, saya masukin buat Indonesia’,” ungkapnya.

Baca Juga: OJK Siap Kawal Langkah Pemerintah Hadapi Tarif Tinggi dari AS

Saat ditanya mengenai potensi investasi tambahan dari negara Timur Tengah, Pandu enggan memberikan rincian lebih lanjut. “Tunggu bos, nanti agar bisa diwawancara lagi. Kalian sudah semangat lah tuh, pasarnya sudah bagus. Terima kasih ya semua,” tegas Pandu.

Terkait potensi relokasi industri dari Tiongkok dan Vietnam ke Indonesia, Pandu menekankan pentingnya investasi yang memberikan nilai tambah nyata.

“Yang penting kita investasi ke Indonesia yang bawa nilai tambah. Harus ada transfer of knowledge, technology transfer, bukan sekadar buka pabrik untuk produksi lalu ekspor. Itu tidak memberi dampak nyata. Harus tingkatkan productivitydan output,” tutupnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Advertisement

Bagikan Artikel: