Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Permintaan dari Tiongkok Melemah, Harga Nikel Terjun Bebas! Terendah Sejak 2020

Permintaan dari Tiongkok Melemah, Harga Nikel Terjun Bebas! Terendah Sejak 2020 Kredit Foto: Rahmat Dwi Kurniawan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Direktur Jenderal Mineral dan Batubara (Dirjen Minerba) Kementerian ESDM, Tri Winarno, menyebut turunnya permintaan nikel dari pasar utama-Tiongkok menjadi salah satu penyebab utama harga komoditas ini terus anjlok. 

"Memang sekarang ini hampir 65 persen suplai nikel dunia berasal dari Indonesia. Dan sekitar 65 persen nikel digunakan untuk stainless steel. Bisa jadi, karena industri di Cina sedang menurun, maka permintaan ikut melemah," ujar Tri dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi XII DPR RI, Jakarta, Selasa (06/05/2025).

Untuk merespons kondisi pasar tersebut, Pemerintah dalam hal ini telah menjalankan berbagai strategi stabilisasi harga. Salah satunya dengan pengendalian produksi.

"Rupanya kontrolnya (harga) susah sekali. Nah ini strategi kita pada akhirnya adalah perencanaan produksi sesuai dengan kebutuhan nasional dan rencana ekspor.," kata Tri.

Selain itu, proses penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) kini lebih ketat, termasuk mewajibkan studi kelayakan (FS), dokumen Amdal, hingga evaluasi terkait reklamasi pasca-tambang.

”(Kita juga) Menetapkan harga batubara acuan dan mineral acuan dan harga patokan batubara dan harga patokan mineral sesuai batas bawah harga penjualan. Ini pada Kapmen Nomor 72 Tahun 2025 yang kemarin juga sempat kita bahas dengan beberapa teman dari perusahaan. Langkah-langkah ini diambil sebagai bentuk antisipasi agar harga nikel tidak terus tergerus dan tetap memberi nilai tambah bagi perekonomian nasional,” tutupnya. 

Di sisi lain, bila melansir laporan terbaru Bank Dunia yang dirilis April 2025 disebutkan bahwa Harga Nikel Menyentuh Titik Terendah Sejak 2020 harga nikel turun sebesar 2 persen pada kuartal I 2025 (q/q), mencapai level terendah sejak tahun 2020. 

Penurunan ini sebagian besar disebabkan oleh peningkatan produksi dan lonjakan terbaru pada stok gudang London Metal Exchange. Mayoritas lonjakan produksi global berasal dari peningkatan produksi nikel di Indonesia, yang didukung oleh investasi smelter dari Tiongkok dan insentif pemerintah.

Kelebihan pasokan global telah mendorong harga turun 35 persen dalam dua tahun terakhir, yang menyebabkan pemotongan produksi di negara-negara lain. Namun, pertumbuhan produksi global diperkirakan akan melambat secara bertahap dalam proyeksi ke depan, karena Indonesia—yang kini menyumbang sekitar 60 persen dari produksi global—memperkenalkan kuota penambangan untuk menstabilkan harga.

Pertumbuhan permintaan nikel global juga diperkirakan akan melambat, mencerminkan perlambatan permintaan dari pasar baterai kendaraan listrik (EV), yang hanya sebagian diimbangi oleh pertumbuhan moderat produksi baja tahan karat. Akibatnya, harga nikel diproyeksikan turun 6 persen pada tahun 2025 (y/y) sebelum naik tipis 1 persen pada tahun 2026 seiring dengan mulai mengetatnya keseimbangan permintaan dan pasokan

 

 

 

Sumber Foto : Rahmat Dwi Kurniawan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Annisa Nurfitri

Advertisement

Bagikan Artikel: