
Keputusan Amerika Serikat (AS) dan China untuk melakukan 'gencatan senjata' dengan melonggarkan tarif perdagangan memicu euforia di pasar Asia. Tercatat saham-saham regional melonjak pasca investor global menyambut deeskalasi ketegangan dua negara pengatur ekonomi terbesar di dunia itu sebagai sinyal positif bagi pertumbuhan kawasan.
Pada perdagangan Selasa (13/5/2025), indeks saham di Jepang, China, dan Australia menguat mengikuti reli Wall Street sehari sebelumnya.
Terpantau Indeks Topix Jepang mencatatkan reli 13 hari berturut-turut yang merupakan terpanjang dalam 16 tahun, sementara indeks CSI 300 China naik untuk hari kedua.
Baca Juga: Bursa Eropa Meroket, Investor Sambut Baik Melunaknya Sikap China dan Trump
Meskipun Hang Seng sempat terkoreksi, namun investor tetap menunjukkan minat yang cukup kuat terhadap saham-saham sektor tarif seperti elektronik, pengiriman, tekstil, dan alat listrik.
Katalis utama datang dari pengumuman bersama Washington dan Beijing pada Senin lalu. Pemerintah AS memangkas tarif terhadap produk-produk China dari 145% menjadi 30% untuk periode 90 hari, sedangkan China merespons dengan menurunkan tarif pada sebagian besar barang menjadi 10%. Langkah ini langsung mengubah arah sentimen pasar yang sempat memburuk sejak April.
"Ini membuka peluang bagi reli aset risiko yang lebih luas, karena pelaku pasar sekarang memperkirakan kemungkinan lebih besar tercapainya kesepakatan dagang yang lebih utuh," tulis Max Kettner, strategis HSBC, dilansir dari Bloomberg, Selasa (13/5/2025).
Tak hanya pasar saham, imbas hasil obligasi AS turut bergerak secara signifikan. Yield surat utang dua tahun sempat melonjak ke 4,01% sebelum terkoreksi kembali, mencerminkan ekspektasi bahwa pengurangan tarif akan memperkuat ekonomi AS dan mengurangi tekanan bagi The Fed untuk segera memangkas suku bunga.
Namun, Gubernur The Fed Adriana Kugler mengingatkan bahwa kebijakan tarif tetap membawa efek ekonomi yang kompleks.
"Bahkan dengan pengurangan tarif, kebijakan perdagangan masih berpotensi menahan laju pertumbuhan dan mendorong inflasi," ujarnya dalam forum di Dublin.
Baca Juga: Ditopang Pengumuman Trump, Bursa Asia Kompak Meroket
Sementara itu di Asia, pemerintah Jepang menyatakan tidak akan menyepakati perjanjian dagang dengan AS tanpa klausul soal mobil. Sedangkan di China, pelaku pasar melihat perundingan dagang kali ini sebagai angin segar yang membawa harapan bagi pemulihan sektor ekspor.
Menurut analis Daiwa Capital Markets, optimisme terhadap saham China masih akan berlanjut dalam jangka pendek.
“Kami memperkirakan indeks Hang Seng akan terus mendekati puncaknya di bulan Maret,” tulis Patrick Pan, strategis ekuitas di perusahaan tersebut.
Dengan meredanya risiko resesi dan berkurangnya kekacauan tarif, Asia kini kembali menjadi panggung utama bagi investor global yang mulai meninggalkan sikap defensif.
Kendati demikian, Patrick menilai dengan dinamika politik dan ekonomi yang cepat berubah, reli pasar masih akan diuji oleh perkembangan lanjutan dari meja perundingan AS-China.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait:
Advertisement