
Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, menyoroti lonjakan outstanding kredit buy now pay later (BNPL) atau paylater yang terjadi pada Maret 2025. Ia menilai fenomena ini mencerminkan adanya tekanan ekonomi, terutama di kalangan kelas menengah yang terdampak pemutusan hubungan kerja (PHK) di sektor padat karya.
"Kalau misalkan kita bicara kelas menengah yang memang quote-unquote terpengaruh dengan adanya PHK di industri padat karya," ujar Josua dalam acara PIER Kuartal I 2025 Economic Review, Jakarta, Rabu (14/5/2025).
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), penyaluran paylater oleh perbankan mencapai Rp22,78 triliun per Maret 2025. Angka ini mengalami kenaikan dibandingkan bulan sebelumnya yang masih berada di Rp21,98 triliun.
Baca Juga: Masyarakat Doyan Ngutang, Pinjaman di Pinjol Capai Rp80 Triliun
Josua menjelaskan bahwa peningkatan utang paylater didorong oleh kebutuhan hidup mendesak yang tidak bisa dipenuhi karena keterbatasan pendapatan. Dalam kondisi kehilangan pekerjaan, masyarakat cenderung mengandalkan skema paylater untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
"Karena tadi kemungkinan dia akan menggunakan paylater tersebut untuk kebutuhan mendesaknya dia saat ini, karena ada kebutuhan, sedangkan pendapatannya terbatas, sementara ada keperluan mendesak keluarganya yang harus dipenuhi saat ini," imbuhnya.
Ia menyatakan bahwa tren ini bisa menjadi sinyal negatif bagi perekonomian nasional. Pasalnya, peningkatan utang konsumtif di tengah risiko gagal bayar yang tinggi dapat memperbesar potensi kredit bermasalah di sektor keuangan.
Baca Juga: Sebanyak 24,5 Juta Orang Terjerat Pay Later, Utang Masyarakat Capai Rp22,78 T
"Kita perlu worry karena ada kecenderungan bahwa risiko kredit dari produk paylater tersebut," ucapnya.
Di kesempatan lain, Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas (DPMA) Bank Indonesia (BI), Erwin Gunawan Hutapea, menyatakan bahwa PHK yang terus berlangsung akan berdampak signifikan terhadap konsumsi domestik.
"Pastinya impact-nya akan ke pertumbuhan. Karena PHK itu di satu sisi akan mempengaruhi daya beli, yang ujungnya akan mempengaruhi konsumsi," ujar Erwin dalam Taklimat Media di Kantor Pusat BI, Jakarta, Rabu (7/5/2025).
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Cita Auliana
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait:
Advertisement