- Home
- /
- New Economy
- /
- Energi
Proyek Migas Natuna Bukti Keterbatasan Geografis Tak Jadi Penghalang Kinerja Anak Bangsa
Kredit Foto: Youtube Kementerian ESDM
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menegaskan pentingnya capaian dari proyek minyak bumi dan gas (migas) Forel dan Terubuk di Laut Natuna, Provinsi Kepulauan Riau.
Dalam proyek tersebut, terdapat kisah ribuan tangan-tangan terampil anak bangsa yang bekerja tanpa lelah demi kemandirian energi Indonesia.
Baca Juga: Tak Tergantikan! Sri Mulyani Kembali Perintahkan Rionald Silaban Kelola Aset Negara Rp13 triliun
Sebanyak 2.300 tenaga kerja lokal, termasuk 1.386 yang bekerja di galangan kapal Batam, menjadi saksi bahwa industri migas nasional kini tidak lagi bergantung pada asing.
Bahlil menyebut proyek ini sebagai bukti bahwa keterbatasan geografis tak menjadi penghalang bagi semangat dan ketangguhan putra-putri Indonesia.
Hal ini disampaikannya dalam laporannya di atas anjungan lepas pantai Lapangan Migas Forel, Laut Natuna, Kepulauan Riau, Kamis (16/5/2025).
"Kami berada pada posisi 60 mil dari daratan, laut, dengan kedalaman sekitar 90 meter. Ini adalah wilayah kerja untuk minyak yang paling terjauh di Indonesia sekarang ini," jelas Bahlil, dikutip dari siaran pers Kementerian ESDM, Jumat (23/5).
Membentang pada Wilayah Kerja (WK) South Natuna Sea Block B, Provinsi Kepulauan Riau, proyek ini memiliki 16 platform lepas pantai, tiga lapangan bawah laut, serta dua Floating production storage and offloading (FPSO), Marlin Natuna dan Belanak.
Kapal raksasa-dulu tanker biasa-disulap menjadi tempat produksi penyimpanan dan pembongkaran minyak. Kini, berkat tangan-tangan para pekerja lokal di galangan PT Dok Warisan Pertama di Batam, FSPO Marlin Natuna resmi menjadi FSPO pertama di Indonesia yang sepenuhnya hasil konversi di dalam negeri.
Baca Juga: Gula Merah Sawit, Produk Hilirisasi yang Mendukung Kebutuhan Pokok Masyarakat
Baca Juga: Hasil Riset Buktikan Bahwa Minyak Sawit Paling Sustainable Dibandingkan Minyak Nabati Lain
Sementara itu, FPSO Belanak sudah dikenal sebagai salah satu unit tercanggih di dunia, mampu memproduksi empat jenis hasil tambang laut, dari minyak mentah hingga naphta (produk hasil penyulingan minyak mentah).
Dominasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) sangat kental dalam pengerjaan proyek. Tak hanya tenaga kerja, komponen pendukung lainny--dari pipa hingga sistem kontrol-- mayoritas berasal dari produsen dalam negeri.
Dengan produksi mencapai 30.000 barrels of oil equivalent per day (BOEPD), kedua lapangan ini menjadi pijakan awal bagi langkah pemerintah menuju swasembada energi nasional. "Insya Allah kami sebagai patriot bangsa akan siap menjalankan," tekad Bahlil.
Kesuksesan proyek ini menyulut optimisme pemerintah terhadap masa depan energi nasional. Target Presiden Prabowo untuk mencapai produksi satu juta barel minyak per hari pada tahun 2030 bukan lagi sekadar mimpi. Forel dan Terubuk menjadi bagian dari cerita besar tentang kedaulatan, kerja keras, dan semangat bangsa dalam menegakkan kemandirian di sektor energi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Editor: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Tag Terkait:
Advertisement