Kredit Foto: Antara/REUTERS/Leah Millis
Presiden AS Donald Trump memastikan bahwa kendali atas perusahaan baja raksasa U.S. Steel tetap berada di tangan Amerika Serikat, meskipun perusahaan tersebut tengah menjalin kemitraan strategis dengan Nippon Steel asal Jepang. Kepastian ini ia sampaikan untuk meredam kekhawatiran publik dan politisi soal potensi dominasi asing atas industri strategis nasional.
Dalam pernyataannya kepada media saat hendak kembali ke Washington dari klub golf pribadinya di New Jersey, Trump menyatakan bahwa dirinya tidak akan memberikan persetujuan atas kesepakatan tersebut jika kendali perusahaan berpindah ke luar negeri.
“Amerika Serikat akan tetap memegang kendali. Kalau tidak, saya tidak akan menandatangani kesepakatan itu,” ujar Trump, seperti dikutip dari Reuters, Selasa (27/5/2025).
Baca Juga: Produsen China Senyum-Senyum Lagi Usai Ego Trump Menurun
Merger ini melibatkan suntikan dana senilai USD 14 miliar dari Nippon Steel ke dalam operasional U.S. Steel. Sebagian besar dana tersebut akan digunakan untuk pembangunan pabrik baja baru, dengan nilai investasi sekitar USD 4 miliar. Trump menambahkan bahwa kerja sama ini berpotensi menciptakan 70.000 lapangan kerja baru di Amerika Serikat.
Meski demikian, kesepakatan tersebut memicu perdebatan sengit, terutama di Pennsylvania, tempat markas besar U.S. Steel berada. Publik dan para legislator setempat khawatir bahwa keterlibatan investor asing bisa mengancam keberlanjutan lapangan kerja domestik.
Trump mengaku bahwa sejumlah legislator mendesaknya menyetujui kerja sama ini, dengan syarat tegas bahwa kontrol tetap berada di tangan AS. “Ini adalah bentuk kepemilikan sebagian, tapi secara struktural tetap dikendalikan Amerika,” ujarnya.
Baca Juga: Trump Yakinkan Publik: AS Tetap Pegang Kendali atas U.S. Steel dalam Merger dengan Nippon Steel
Jika merger ini terealisasi secara penuh, entitas gabungan akan menjadi produsen baja terbesar ketiga di dunia berdasarkan volume, setelah Baowu Steel Group dari China dan ArcelorMittal dari Luksemburg, menurut data World Steel Association.
Hingga kini belum ada pengumuman resmi mengenai struktur akhir kesepakatan. Namun, para investor meyakini bahwa skemanya mirip dengan rencana sejak 2023, di mana U.S. Steel akan keluar dari bursa saham dan seluruh saham publik akan ditebus secara tunai.
Kesepakatan ini menjadi perhatian besar di Wall Street, tidak hanya karena besarnya nilai transaksi, tetapi juga karena unsur politis dan nasionalisme ekonomi yang mengiringinya. Dalam konteks global yang tengah sensitif terhadap kepemilikan asing atas industri vital, komitmen Trump untuk mempertahankan kendali domestik menjadi pesan politik yang kuat.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait:
Advertisement