- Home
- /
- New Economy
- /
- Energi
Timur Tengah Memanas, Harga Minyak Diprediksi Naik Gegara Serangan Trump
Kredit Foto: Istimewa
Harga minyak mentah global diprediksi akan melonjak saat perdagangan dibuka kembali di Senin (23/6). Hal tersebut menyusul serangan dari Amerika Serikat (AS) ke Iran.
Para analis menilai, kenaikan harga bisa semakin tajam jika ada serangan balasan yang besar yang dapat mengganggu pasokan minyak dunia. Ini tidak terlepas dari panasnya hubungan dari Iran dan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
Baca Juga: Rosneft Nilai Langkah OPEC+ Tambah Produksi Minyak Tepat di Tengah Gejolak Timur Tengah
"Lonjakan harga minyak sudah diperkirakan bahkan tanpa balasan langsung, pasar kemungkinan akan memperhitungkan risiko geopolitik yang lebih tinggi" kata Kepala Analisis Geopolitik Rystad Energy, Jorge Leon, dilansir dari Reuters.
Sebelumnya, harga minyak sempat stabil setelah adanya sanksi baru terkait Iran dari AS. Adapun sanksi itu termasuk terhadap dua entitas dan sanksi terkait kontra-terorisme.
Namun demikian, pasokan minyak global yang masih stabil dan kapasitas cadangan produksi dari negara anggota produsen minyak lainnya telah membatasi lonjakan harga minyak sejauh ini. Sejarah mencatat bahwa kenaikan harga minyak sering kali bersifat sementara jika tidak terjadi gangguan langsung terhadap pasokan.
Iran sendiri diketahui bisa menutup Selat Hormuz. Hal tersebut bisa dilakukan sebagai bentuk balasan terhadap serangan, meskipun anggota parlemen lainnya menyebut langkah itu hanya akan diambil jika kepentingan vital negara tersebut benar-benar terancam.
Baca Juga: Harga Minyak Naik Tajam, JPMorgan Prediksi Bisa Capai US$130
Selat Hormuz merupakan jalur strategis di mana sekitar 20% konsumsi minyak dunia melewati perairan tersebut setiap harinya, menjadikannya titik krusial dalam sistem energi global.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Advertisement