Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Perjalanan Bakmi Gajah Mada Alias Bakmi GM, dari Warung Kecil hingga Diakuisisi Grup Djarum

Perjalanan Bakmi Gajah Mada Alias Bakmi GM, dari Warung Kecil hingga Diakuisisi Grup Djarum Kredit Foto: Bakmi GM
Warta Ekonomi, Jakarta -

Di tengah gempuran berbagai kedai mi dan kopi modern yang bermunculan, nama Bakmi GM tetap tegak berdiri sebagai salah satu ikon kuliner Indonesia yang legendaris. Dengan sejarah panjang lebih dari enam dekade, Bakmi GM masih menjadi favorit bagi banyak orang.

Kisah Bakmi GM dimulai pada tahun 1959, saat pasangan suami istri keturunan Tionghoa, Tjhai Sioe dan Loei Kwai Fon, membuka sebuah warung kecil di Jalan Gajah Mada No. 77, Jakarta. Warung sederhana itu hanya mampu menampung 20 orang dengan lima meja seadanya. Menu yang ditawarkan pun sangat terbatas, yaitu hanya Bakmi Ayam Bakso Pangsit.

Namun, di balik kesederhanaan itu, tersimpan kualitas rasa yang membuat warung ini cepat dikenal. Dikisahkan bahwa Tjhai Sioe bahkan membuat mi-nya sendiri menggunakan bambu. Tak heran jika setiap hari sekitar 100 mangkuk bakmi ludes terjual bahkan sebelum sore hari tiba.

Tiga tahun pertama menjadi fase penting dalam perjalanan usaha ini. Puncaknya terjadi saat Asian Games 1962-1963 digelar di Jakarta. Banyak pengunjung dari luar kota hingga luar negeri datang, dan warung Bakmi Gajah Mada menjadi salah satu tujuan kuliner populer. Momen ini membuat nama mereka semakin dikenal luas.

Namun, tidak semua berjalan mulus. Pada tahun 1968, warung mereka harus tutup sementara selama satu tahun karena proyek pelebaran Jalan Gajah Mada. Selama masa renovasi, mereka pindah sementara ke Jalan Kejayaan, Jakarta Barat. Begitu jalan dibuka kembali, mereka langsung kembali ke lokasi semula dengan suasana dan kapasitas tempat duduk yang lebih nyaman dan besar.

Kesuksesan demi kesuksesan akhirnya membawa mereka membuka cabang pertama pada tahun 1971 di Melawai, Jakarta Selatan. Tak hanya menjual bakmi, menu diperluas dengan hadirnya nasi goreng, bakmi goreng, dan ayam cah jamur. 

Nama "Bakmi Gajah Mada" kemudian disingkat menjadi Bakmi GM agar lebih mudah diingat. Cabang ketiga dibuka di M.H. Thamrin (1986), lalu menyusul cabang keempat di Mal Pondok Indah. Memasuki tahun 1990-an, Bakmi GM mengadopsi sistem waralaba dan mulai merambah ke berbagai pusat perbelanjaan di Jabodetabek di bawah naungan PT Griya Miesejati.

Baca Juga: Perjalanan WhatsApp, dari Aplikasi Tak Laku hingga Kini Sukses Digunakan 2,9 Miliar Orang

Bakmi GM terus berinovasi dalam menu. Tak hanya mi, mereka kini menyediakan lebih dari 50 varian menu mulai dari bihun, nasi, olahan ayam, vegetarian, hingga produk frozen food yang bisa dimasak di rumah. Di era digital, Bakmi GM juga menjalin kerja sama dengan layanan pesan antar seperti GoFood, GrabFood, dan ShopeeFood, menjangkau pelanggan lebih luas tanpa harus datang langsung ke outlet.

Kualitas dan konsistensi Bakmi GM membuahkan banyak penghargaan, seperti Top Brand Award (2008–2013) dan Best Food Restaurant versi majalah NOW. Dengan lebih dari 1.200 karyawan, puluhan cabang, dan lebih dari 30.000 pelanggan setiap hari, Bakmi GM telah menjelma menjadi jaringan restoran cepat saji yang tidak hanya bertahan, tapi juga berkembang pesat.

Pada akhir tahun 2024, publik dikejutkan dengan kabar bahwa Grup Djarum mengakuisisi 85% saham PT Griya Miesejati dengan nilai transaksi yang diperkirakan mencapai Rp2–2,4 triliun. Langkah ini membuka peluang baru untuk memperluas jaringan dan memperkuat posisi Bakmi GM di bawah payung salah satu konglomerasi terbesar di Indonesia.

Dari warung kecil bermodal dapur depan dan kompor minyak, kini Bakmi GM telah menjelma menjadi legenda kuliner nasional. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Amry Nur Hidayat

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: