Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pertamina Hulu Indonesia Catat Penurunan Produksi Migas Sepanjang 2024

Pertamina Hulu Indonesia Catat Penurunan Produksi Migas Sepanjang 2024 Kredit Foto: Pertamina Hulu Indonesia
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT Pertamina Hulu Indonesia (PHI) mencatatkan produksi minyak sebesar 44,27 ribu barel minyak per hari (MBOPD) sepanjang tahun 2024. Jumlah tersebut menurun 6,46% jika dibanding realisasi produksi di tahun 2023 yang mencapai 47,33 barel minyak per hari (MBOPD).

Penurunan juga diikuti realisasi produksi gas, tercatat sepanjang tahun 2024 PHI memproduksi 526,04 juta standar kaki kubik gas per hari (MMSCFD), menurun 14,97% dibanding tahun 2023 yang mencapai rata-rata 618,72 MMSCFD.

Capaian ini merupakan hasil kinerja konsolidasi tiga Anak Perusahaan PHI, yaitu Pertamina Hulu Mahakam (PHM), Pertamina Hulu Sanga Sanga (PHSS), dan Pertamina Hulu Kalimantan Timur (PHKT) yang beroperasi di wilayah-wilayah kerja migas di Kalimantan Timur. 

Baca Juga: Laba Bersih Naik 14,5%, PHE Catat Kinerja Solid Sepanjang 2024

Direktur Utama PHI, Sunaryanto mengatakan sepanjang tahun 2024 perusahaan berhasil melakukan pengeboran satu sumur eksplorasi serta 150 sumur pengembangan atau eksploitasi.

"Selain itu, perusahaan juga melampaui target pekerjaan workover dengan menyelesaikan 426 pekerjaan dari target 400 pekerjaan, yang menunjukkan efektivitas operasional di lapangan,” ujar Sunaryanto dalam keterangan resmi, Senin (23/06/2025).

Meski dari sisi kinerja operasional terkoreksi,perusahaan berhasil membukukan peningkatan laba 19% dibandingkan tahun 2023. Hal ini seiring dengan implementasi strategi selective investment yang terukur dan berorientasi pada optimalisasi nilai serta efisiensi operasional.

Baca Juga: Pertamina Siapkan Dua Rute Alternatif Imbas Penutupan Selat Hormuz

Di aspek keselamatan dan lingkungan, PHI juga mencatatkan kinerja keselamatan yang semakin baik, bahkan pencapaian Total Recordable Incident Rate (TRIR) yang sebesar 0,04, jauh di bawah batas toleransi 0,21.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Djati Waluyo

Advertisement

Bagikan Artikel: