Kredit Foto: PHI
PT Pertamina Hulu Kalimantan Timur (PHKT) berhasil menyelesaikan pekerjaan penggantian selang bawah laut (subsea hose) di fasilitas Single Point Mooring (SPM) Terminal Santan, Kalimantan Timur, lima hari lebih cepat dari jadwal.
General Manager Zona 10 PHKT, Yoseph Agung Prihartono, mengatakan Pekerjaan ini dilakukan tanpa insiden dan tanpa mengganggu operasi lifting yang tengah berjalan. Dia menjelaskan, proyek ini sangat penting dalam menjaga distribusi energi nasional.
“Keberhasilan ini tidak hanya menunjukkan kesolidan pelaksanaan proyek, tetapi juga menjadi bagian dari misi strategis Pertamina dalam menjaga ketahanan energi nasional,” ujar Yoseph dalam keterangan tertulis yang diterima, Kamis (24/7/2025).
Yoseph mengatakan, penyelesaian proyek tersebut menjadi capaian penting PHKT pada Semester I 2025. Subsea hose merupakan komponen kritikal dalam rantai pasok migas yang berperan langsung dalam menjaga kelancaran distribusi energi dari Kalimantan Timur ke berbagai wilayah Indonesia.
“Keberhasilan penyelesaian proyek ini menunjukkan komitmen kami dalam memelihara keandalan fasilitas operasi migas, sebagai bagian penting dari upaya berkelanjutan untuk menjaga produksi migas Perusahaan tetap andal dan berkelanjutan,” ujarnya.
SPM Santan merupakan fasilitas vital dalam sistem lifting minyak mentah di Kalimantan Timur. Fasilitas ini mendukung operasi migas dalam skema Joint Operating Agreement (JOA) bersama PT Pertamina EP (PEP), PT Pertamina Hulu Sanga Sanga (PHSS), serta blok-blok migas lain termasuk yang dikelola oleh ENI.
Baca Juga: Pertamina Hulu Indonesia Catat Penurunan Produksi Migas Sepanjang 2024
Dengan peran strategis tersebut, PHKT menjadikan keandalan dan keselamatan operasional SPM sebagai prioritas utama.
“Kami percaya bahwa dengan semangat kolaborasi, inovasi, dan integritas, setiap langkah yang kami ambil di lapangan berkontribusi nyata terhadap kemajuan bangsa,” ucapnya.
Dalam proyek ini, PHKT mengusung pendekatan inovatif bernama “Gurita Emas”, singkatan dari Gerak Cepat, Utamakan Keselamatan, Refurbishment SPM, Inovasi, Teknologi, dan Akurasi Proses yang andal. Filosofi gurita dipilih karena mencerminkan ketangguhan, kecepatan, presisi, serta kemampuan adaptasi dalam kondisi ekstrem bawah laut.
Baca Juga: SKK Migas Puji Pertamina Hulu Energi, Eksplorasi Tumbuh 37 Persen Per Tahun
Dengan pendekatan tersebut, seluruh proses kerja—mulai dari inspeksi, pengurasan, hingga penggantian subsea hose—berhasil dilakukan secara presisi tanpa mengganggu operasi lifting.
Yoseph menjelaskan tantangan seperti cuaca laut yang dinamis, kesulitan teknis pengangkatan dan pemasangan peralatan, serta tuntutan menjaga kesinambungan distribusi minyak ke kilang, berhasil diatasi melalui koordinasi lintas fungsi, pengendalian risiko disiplin, dan pelaksanaan teknis yang tepat.
"Proyek ini berhasil diselesaikan tanpa insiden (zero incident), didukung perencanaan matang, kolaborasi lintas fungsi, serta pengawasan ketat aspek Health, Safety, Security, and Environment (HSSE)," ungkapnya.
Tak hanya dari sisi teknis, proyek ini juga menjadi cerminan implementasi nilai-nilai AKHLAK yang menjadi fondasi budaya kerja PHKT: Amanah, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif.
Keberhasilan metode “Gurita Emas” memperkuat komitmen PHKT dan Pertamina untuk terus berinovasi serta menjaga keandalan infrastruktur energi nasional demi operasi migas yang selamat, efisien, dan berkelanjutan.
Baca Juga: Kontribusi Minyak Sawit di Kawasan Amerika Utara dan Manfaat yang Dibagikan
Baca Juga: Festival Cokelat 2025 dan Geopark Night Specta Vol 7.0
Capaian ini menjadi bukti bahwa PHKT terus memainkan perannya sebagai operator yang prudent dalam menjaga ketahanan energi nasional dari Kalimantan Timur.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Djati Waluyo
Editor: Djati Waluyo
Advertisement