Kredit Foto: Uswah Hasanah
PT Astra International Tbk berencana membangun dan merenovasi 1.000 rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) di kawasan Desa Sejahtera Astra. Komitmen ini merupakan kelanjutan dari rencana awal Astra yang hanya menargetkan 250 rumah.
Presiden Komisaris Astra International, Prijono Sugiarto, mengatakan kegiatan ini dilakukan untuk menciptakan pemukiman yang sehat dan lestari untuk masyarakat Indonesia.
“Kami percaya pembangunan tak cukup hanya bicara angka, tapi bagaimana menciptakan pemukiman yang hidup, sehat, dan lestari. Ini bukan soal CSR biasa, ini bagian dari tanggung jawab kami sebagai perusahaan yang tumbuh bersama bangsa,” ujar Prijono dalam keterangan tertulis yang diterima, Selasa (24/6/2025).
Baca Juga: Astra Group Hadapi Kuartal I 2025 dengan Laba Turun, Pendapatan Tipis
Prijono menjelaskan, konsep Desa Sejahtera Astra bukan sekadar deretan rumah layak huni. Di dalamnya, Astra berupaya menghadirkan ekosistem yang lengkap: fasilitas ibadah, sarana olahraga, hingga pengelolaan sampah berbasis mesin kompos.
“Kami ingin setiap desa binaan Astra bisa menjadi contoh pemukiman mandiri dan berkelanjutan,” ujarnya.
Selain kualitas konstruksi yang dijamin tahan lama, Astra juga menyiapkan sistem pengelolaan fasilitas agar tetap berfungsi dalam jangka panjang. Hal ini menjawab tantangan umum dalam pembangunan sosial, yakni keberlangsungan dan perawatan pasca serah terima.
Pembangunan 250 rumah pertama akan dimulai pada Agustus 2025. Sisanya akan dikerjakan secara bertahap setelah pemetaan lokasi rampung. Astra dan Kementerian PKP masih akan duduk bersama untuk menentukan wilayah prioritas, dengan mempertimbangkan kesiapan lahan dan kebutuhan masyarakat.
Baca Juga: Pengembang Dukung Usulan Rumah Subsidi Diperkecil: untuk Percepatan Program 3 Juta Rumah
“Kami ingin gerak cepat, tapi tetap tepat sasaran. Pembangunan bisa dipercepat bila semua pihak bersinergi,” ucapnya.
Pemerintah, melalui Menteri PKP Maruarar Sirait,mengatakan Kementerian akan mendukung penuh proyek ini dengan data Badan Pusat Statistik (BPS) by name by address, untuk memastikan rumah dibangun di wilayah yang benar-benar membutuhkan, seperti Papua dan NTT.
“Saya semula sudah senang dengan 250 rumah, tapi saat diumumkan naik jadi 1.000, kami makin semangat. Ini sinyal positif bahwa sektor swasta ikut serius menangani kemiskinan ekstrem,” ujar Maruarar, yang akrab disapa Ara.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Djati Waluyo
Tag Terkait:
Advertisement