Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Batu Bara RI Kalah Saing, Ekspor ke China dan India Turun Belasan Persen

Batu Bara RI Kalah Saing, Ekspor ke China dan India Turun Belasan Persen Kredit Foto: Antara/Nova Wahyudi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ekspor batu bara Indonesia ke dua pasar utama, China dan India, mencatat penurunan tajam sepanjang Januari hingga Mei 2025. Berdasarkan data perusahaan analitik Kpler, total ekspor batu bara Indonesia turun 12% secara tahunan menjadi 187 juta ton.

Pengiriman ke China menurun 12,3%, sementara ekspor ke India anjlok lebih dalam sebesar 14,3%. Penurunan ini terjadi akibat pergeseran preferensi kedua negara terhadap batu bara berkalori tinggi dari negara lain, seiring dengan turunnya harga global.

“Batu bara berkalori tinggi memang lebih mahal, tapi menghasilkan energi lebih banyak per dolar yang dibelanjakan. Satu juta ton batu bara CV tinggi bisa menggantikan 1,2–1,5 juta ton batu bara dari Indonesia,” ujar Vasudev Pamnani, Direktur I-Energy Natural Resources, perusahaan dagang batu bara asal India, dikutip dari Reuters, Rabu (25/6/2025).

Baca Juga: Harga Batubara Acuan Juni 2025 Turun Signifikan Dibanding Tahun Lalu

Di pasar China, batu bara Indonesia dengan nilai kalori menengah hingga rendah mulai kalah bersaing dari batu bara asal Rusia, yang menawarkan kualitas serupa dengan harga lebih murah, menurut analis Kpler, Zhiyuan Li.

Direktur Utama Ombilin Energi, Ramli Ahmad, mengataka batu bara Indonesia berpeluang diminati kembali jika harga batu bara berkualitas tinggi meningkat akibat konflik geopolitik, khususnya di Timur Tengah. Namun, selama harga batu bara kalori tinggi tetap kompetitif, batu bara kalori rendah akan terus tertekan.

“Industri smelter saat ini adalah sektor paling cerah karena kami mendapatkan harga yang lebih baik dibandingkan menjual ke sektor kelistrikan atau ke China,” ujar Ramli.

Seiring dengan turunnya ekspor, batu bara dari negara lain justru memperoleh keuntungan. Mongolia mencatat rekor ekspor tertinggi ke China, sementara Afrika Selatan menjadi pemasok utama bagi India.

Kedua negara itu kini juga memperluas impor dari negara nontradisional seperti Tanzania, Kazakhstan, Kolombia, dan Mozambik.

Analis Mysteel, Xue Dingcui, mengatakan produksi batu bara Mongolia yang meningkat disertai efisiensi pengangkutan yang membaik membuat harganya tetap kompetitif di tengah penurunan harga batu bara termal China.

Untuk mengimbangi penurunan ekspor, para penambang Indonesia mulai mengalihkan pasokan ke pasar dalam negeri. Asosiasi Jasa Pertambangan Indonesia memperkirakan pasokan domestik tahun ini akan meningkat 3%, sementara ekspor turun sekitar 10%.

Baca Juga: Harga Batubara Turun, Emten Batu Bara Bakrie Grup (BUMI) Alami Penurunan Laba Hingga 73,6%

Permintaan terbesar berasal dari industri smelter nikel yang menyerap 48,6% produksi batu bara nasional dalam satu dekade terakhir, menurut data pemerintah yang dikaji Reuters.

Pemerintah Indonesia menetapkan harga maksimum untuk batu bara yang dijual ke sektor kelistrikan, sehingga sektor smelter menjadi pasar yang lebih menguntungkan bagi para penambang

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Djati Waluyo

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: